Home Milenial Nicky Clara, Keterbatasan Hanyalah Mindset

Nicky Clara, Keterbatasan Hanyalah Mindset

Kondisi tidak ideal dialami Nicky Clara ketika usia satu tahun harus mengalami amputasi kaki kirinya. Namun hal tersebut tak membuatnya lantas menjadi sebuah halangan. Baginya, keterbatasan hanyalah sebuah mindset.

"Terlepas dari segala keterbatasan kita, di keluarga siapa, di daerah mana kita dilahirkan, dengan privilege apapun yang kita punya, saya percaya kita punya reason untuk dilahirkan" kata #EveryUDoesGood Heroes Mentor itu kepada Gatra.com beberapa waktu lalu.

Wanita berusia 31 tahun ini memiliki segudang prestasi dan pencapaian, terutama dibidang inklusivitas dan pemberdayaan penyandang disabilitas. Salah satunya lewat Thisable Enterprise yang digagas Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia dimana ia menjabat sebagai Chief Operating Officer Thisable.

Ia juga merupakan founder dari Tenoon, sebuah social enterprise yang memberdayakan kaum marjinal, difabel serta melestarikan budaya tenun. Nicky juga ikut menggaral platform Berdayabareng.com yang menyalurkan pendidikan, pekerjaan, serta tempat berbagi cerita bagi para difabel dan disabilitas.

Nah seperti apa kiprah dan pandangan Nicky dalam isu seputar inklusivitas. Berikut petikan wawancaranya :

Bagaimana melihat isu inklusivitas saat ini?

Dibandingkan lima tahun lalu, tentunya isu inklusivitas kini sangat lebih terdengar, terutama bagi para milenial yang saat ini sudah semakin peka.

Trigger-nya adalah ketika Asian Paragames 2018 lalu dimana Pemerintah, media, dan seluruh stakeholders yang terlibat menyadari bahwa ternyata banyak teman-teman disabilitas yang bisa mengharumkan nama bangsa dan mereka ada di sekitar kita.

Bagaimana cara empowering orang untuk menerima keterbatasan dan tetap produktif dan berkreasi?

Tanamkan mindset bahwa kita adalah manusia yang berdaya. Cari bidang atau tempatkan teman-teman disabilitas sesuai dengan kemampuannya.

So it will become the right man for the right job. Teman-teman disabilitas itu bukannya tidak bisa melakukan suatu pekerjaan, tapi mereka hanya terbatas di beberapa kemampuan.

Tetapi ketika ada akses, dan mereka diberikan bidang sesuai kemampuannya, mereka bisa bersinar dengan caranya sendiri. Jangan menempatkan orang dimana ia mempunyai keterbatasan di bidang tersebut.

Pesan apa Anda tekankan pada setiap orang mengenai keterbatasan?

Saya percaya bahwa setiap orang yang lahir di dunia ini punya reason to being alive dan kita harus mencari apa purpose dari diri kita. Di masa pandemi ini, terlalu banyak hal atau kejadian negatif yang terjadi di sekeliling kita yang membuat mental health/heroes/hal yang valuable di diri kita menjadi terlupakan. Dan kita mulai membandingkan dengan orang lain.

Sebelum kita memikirkan atau memberdayakan orang lain, kita harus memikirkan atau memberdayakan diri kita sendiri terlebih dahulu. Dan kita harus sama-sama berusaha untuk ciptakan lingkungan Indonesia yang lebih inklusif.

Salah satu kegiatan Festival Disabilitas 2019 di Makasar pada tahun 2019 lalu. (Dok Instagram Nicky Clara/BBI)

Pencapaian apa yang masih ingin dicapai?

Ketika membicarakan tentang inklusivitas tentunya aku berharap Indonesia menjadi negara yang lebih inklusif dan seluruh insan masyarakat menjadi lebih paham tentang arti kata inklusif “equality”. Tidak ada lagi Batasan antara disabilitas dan non disabilitas dalam seluruh pilar aksesibilitas pendidikan, pekerjaan dan informasi.

Juga semakin banyak insan-insan yang mulai berpikir tentang PURPOSE dalam hidup dan berhasil mewujudkannya dalam kehidupannya baik dalam lingkungan keluarga, pertemanan bahkan sampai terwujud menjadi sebuah usaha yang memiliki dampak bagi Indonesia dan masyarakat

Bagaimana mengimbangi agar kita tidak mudah menyerah atau sebaliknya tidak menjadi depresi misalnya?

Terkadang kita lupa bahwa sebenarnya yang paling related untuk menjadi Heroes kita adalah diri kita sendiri. Sampai kita melupakan bahwa diri kita sangat berharga dan dibutuhkan serta memiliki arti untuk hidup kita sendiri.

Banyak masalah yang kita alami berhubungan dengan mental health. Mental health ini membuat kita bahwa kita percaya bahwa ada hal-hal yang membuat kita valuable di dalam diri kita dan itu adalah Heroes kita sebenarnya.

Gagal merupakan bagian dari proses. Jangan berhenti ketika kita gagal, take a small step one at a time, sampai kita raih mimpi kita.

Pesan untuk orang lain mengenai keterbatasan seperti apa?

Sekali lagi, ‘Limitation is only a mindset’. Keterbatasan bukanlah suatu hambatan dalam menciptakan karya dan memberikan kontribusi nyata. Karena sejatinya, keterbatasan hanyalah sebuah pikiran dalam diri untuk membuat kita berhenti berdaya.

Keluar dari mental block yang selama ini mengganggu. Keluar dari anggapan diri bahwa kita adalah objek yang dikasihani dan ubah menjadi “Saya adalah subjek yang bisa berdaya”. Karena kita adalah masyarakat Indonesia yang setara dan memiliki hak yang sama.

Harapan akan pemerintah mengenai inklusivitas bgmn?

Kalau kita ngomongin inklusivitas, sebenarnya tidak terbatas kepada teman-teman disabilitas. Karena inklusivitas itu artinya setara. Itu artinya kita ngomongin tentang perempuan dan kaum marginal.

Artinya semua masyarakat yang ada di dunia ini memiliki hak yang setara. Harapannya, agar pemerintah semakin mendukung kesetaraan di berbagai hal, baik itu kaum disabilitas, gender, dan kaum marginal untuk mendapatkan hak dan kesempatan yang sama.

Setiap orang memiliki proses untuk mencapai satu titik kebaikan, apa yang harus dilakukan agar tetap sesuai track?

It only starts with a small step (Semuanya dimulai dari langkah kecil-red). Dan semuanya itu butuh proses. Yang terkadang kita lupa dengan beredarnya media sosial, kita terbiasa membandingkan diri kita dengan yang lain.

Dan kita terlupa bahwa sejak kita kecil, kita punya mimpi. Permasalahannya, kadang mimpi kita dimulai dari ‘A Big Dream’ (mimpi besar), tapi ketika kita merasa mimpi kita terlalu besar akhirnya kita mundur. Lalu akhirnya menggantinya dengan mimpi lain.

781