Flores Timur, Gatra.com- Warga Desa Saosina dan Wotan Waiwerang Kecamatan Adonara Kabupaten Flores Timur, NTT menyatakan siap berdamai. INi untuk mengakhiri bentrok berdarah 7 Oktober 2021 yang menelan tiga korban, dua anggota polisi dan satu warga sipil.
“Setelah saya dialog dengan warga dua Desa yang bertikai mereka menyatakan sepakat untuk berdamai. Mereka, dua kubu ingin menyelesaikan persoalan ini secara kekeluargaan sesuai adat Lamaholot Flores Timur,” kata Wakil Bupati Flores Timur Agus Payong Boli ( 8/10 ).
Warga dua Desa ini jelas Agus mencapai kesamaan pemahaman para pihak yang bertikai untuk berdamai secara adat Lamaholot yakni "Kakan Keru Arin Baki". “Kakan Keru Arin Baki dalam bahasa Lamaholot Flores Timur artinya kakak beradik kadang berkonflik tapi selalu saja ada jalan damai,” jelas Agus.
Menurut Agus kemauan berdamai itu merupakan tahap awal. Nantinya akan ada tahap kedua yang melibatkan tokoh-tokoh adat kedua belah pihak, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk membicarakan format perdamaian secara budaya Lamaholot. “Format perdamaian akan dibahas pada tahap kedua nanti antara tolok dari kedua kubu. Jika sudah sepakat bentuknya baru akan dieksekusi, dilaksanakan dengan sumpah adat," katanya.
Wakil Bupati Agus juga menyebutkan pada tahun 2015 antara warga dua Desa ini juga terjadi bentrok berdarah. “Saat itu mereka sudah berdamai secara adat Lamaholot. Jadi mungkin nanti aka nada pembaharuan perdamaian itu,” katanya.
Seperti diberitakan Gatra.com sebelumnya warga Desa Saosina dan Wotan, Kelurahan Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), terlibat bentrokan. Seorang anggota polisi, Aiptu Thomas Boli Laot dan warga bernama Firman terkena busur panah. Thomas terkena anak panah di bagian kakinya.
Kasus ini bermula saat warga Desa Saosina menemui anaknya di Pelabuhan Waiwerang. Saat kembali ke desanya, menyerempet seorang warga Wotan, Kelurahan Waiwerang. Tidak puas, warga yang terserempet ini mengejar dan di depan kantor Kecamatan Adonara Timur memukul korban dan anaknya. Korban pemukulan ini kemudian melaporkannya kepada keluarga di Desa Saosina.
Spontan, warga Desa Saosina ini keluar membawa senjata tajam, tombak, kelewang, dan panah menyerang warga Wotan, Kecamatan Waiwerang. Situasi di lokasi sempat mencekam. Anggota polisi dari Polres Flores Timur sudah tiba di lokasi membantu personel Polsek Adonara.
Wakapolres Flores Timur, Kompol Yance Seran, kepada Gatra.com via sambungan teleon, membenarkan kejadian ini. Kasusnya bermula dari pertikian dua orang, yakni antara warga Desa Saosina dengan warga Wotan, Kelurahah Waiwerang.
“Warga Wotan memukul warga Desa Saosina karena diserempet di jalan raya. Korban pemukulan ini melaporkan kepada keluarganya. Spontan warga Desa Saosina menggunakan senjata tajam menyerang warga Wotan. Sebagai akibat dari [insiden ini] angota Polsek dan satu warga sipil menjadi korban terkena busur anak panah,” kata Yance.
Untuk sementara, ujar Yance, terdapat tiga korban, yakni dua anggota Polisi Aiptu Thomas Boli Laot dan Buce serta seorang anak bernama Firman. Saat ini, mereka dirawat di dua Puskesmas yang berbeda. Thomas dan kawannya di Puskesmas Wiwerang dan Firman di Puskesmas Baniona.
Menjawab pertanyaan tentang situasi di lokasi yang masih mencekam, Yance membenarkan. Saat ini warga dua desa ini masih siaga di lokasi masing-masing. Namun secara umum situasi mulai kondusif.
“Warga dua desa masih siaga di titik masing-masing dengan senjata tajam. Namun anggota kami juga sudah mengamankan lokasi untuk menyekat warga dua desa tidak lagi saling melakukan pertikaian susulan,” katanya.