Kuala Lumpur, Gatra.com – Pemerintah Malaysia telah mencapai kesepakatan dengan pembuat obat Amerika Serikat, Merck untuk membeli 150.000 paket pil obat antivirus eksperimentalnya, Molnupiravir.
Pernyataan itu diungkapkan kementerian kesehatan Malaysia pada Kamis (7/10), yang ikut bergabung dengan negara-negara Asia lainnya, berlomba-lomba mengamankan pasokan obat anti corona tersebut.
Data klinis menyebut, obat Molnupiravir, yang akan menjadi obat antivirus yang ditelan pertama untuk COVID-19, jika mendapat persetujuan dari FDA, badan obat dan makanan AS, dan dapat mengurangi setengah kemungkinan resiko meninggal dunia atau mengurangi perawatan di rumah sakit, bagi mereka yang berisiko tertular COVID-19 yang parah.
Data tersebut menyebabkan lonjakan permintaan besar untuk obat di Asia, dan juga di Korea Selatan, Singapura dan Australia. Negara-negara ini mengumumkan telah membuat kesepakatan serupa untuk membeli pil Merck minggu ini. Taiwan dan Thailand juga sedang dalam pembicaraan untuk membelinya.
Menteri Kesehatan Malaysia, Khairy Jamaluddin mengatakan pemerintah telah menandatangani surat perjanjian untuk pembelian pada hari Kamis.
"Keputusan ini dibuat saat kami bersiap untuk transisi ke fase endemik, di mana kami dapat hidup berdampingan dengan virus, melalui penambahan perawatan inovatif baru sebagai 'senjata' untuk melawan COVID-19, selain vaksinasi dan tindakan kesehatan masyarakat lainnya," Khairy kata dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Kamis (7/10).
Malaysia telah mencatat hampir 2,3 juta infeksi COVID-19, tertinggi ketiga di Asia Tenggara, namun secara bertahap mencabut pembatasan pergerakan dalam beberapa pekan terakhir karena jumlah kasus baru mulai menurun di tengah program vaksinasi.
Sekitar 64 persen dari 32 juta penduduk Malaysia saat ini telah divaksinasi lengkap, termasuk 88 persen orang dewasa.