Palembang, Gatra.com - Di lahan seluas 800 meter persegi (m2), Edwin Gultom (43) warga Jalan Padat Karya I, Kelurahan Talang Jambe, Kecamatan Sukarami, Kota Palembang, membuat puluhan setup atau glodok untuk rumah lebah klanceng dari spesies Trigona atau Tetragonula biroi mengelilingi halaman rumahnya.
Madu dari lebah Trigona memiliki banyak keunggulan, antara lain yaitu memiliki asam organik, zat fitokimia dan asam glukonat yang lebih banyak dibandingkan madu lebah apis pada umumnya sehingga dipercaya lebih berkhasiat. Selain itu, lebah jenis ini menghasilkan propolis dan pollen dengan jumlah yang jauh lebih besar.
Propolis atau lem lebah sendiri merupakan zat resin yang dikumpulkan lebah dari sumber tumbuhan yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia sehingga memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bahkan sarang, pot madu dan pot pollennya adalah raw propolis yang memiliki harga cukup menjanjikan di pasarnya.
“Budidaya madu klanceng ini, relatih mudah dan memberi manfaat bagi Kesehatan yang luar biasa. Lebah ini tidak agresif dalam mempertahankan sarangnya sehingga berisiko kecil menimbulkan cedera pada manusia akibat gigitan atau senagatan lebah,” ujarnya kepada Gatra.com, beberapa waktu lalu.
Edwin menjelaskan, membudidayakan trigona sendiri mendapat manfaat di antaranya manfaat ekologis, membantu proses penyerbukan tanaman sekaligus menjadi pakan. “Tentunya, kita juga akan lebih peduli dengan lingkungan (penghijauan). Karena lebah ini juga restan dengan kondisi lingkungan yang tidak baik,” katanya bapak tiga anak ini.
Manfaat selanjuntya, yakni ekonomi. Beberapa produk turunan yang dihasilkan lebah trigona yakitu madu, propolis, dan bee pollen. Dari harganya, madu klanceng berharga lebih mahal dari madu biasa karena memang lebah klanceng tidak menghasilkan madu yang berlimpah, yakni hanya 100-200 ml saja per 3 bulan.
“Nilai jual madunya perkilogramnya itu bisa mencapai ratusan ribu hingga Rp1 juta. Memang agak berbeda dengan madu yang diproduksi lebah dorsata (penyengat) pada umumnya,” imbuhnya.
Mengenai citarasa, madu klanceng terasa asam dengan kadar keasamannya mencapai 3,05-4,55. Berbeda dengan jenis madu pada umumnya yang manis. Tekstur madu klanceng juga lebih encer, yakni kadar airnya berkisar antara 30-35 persen.
Kemudian, manfaat untuk kesehatan. Selain lingkungan bersih dan sejuk oleh banyak penghijauan, juga menjadi “klinik” kesehatan alami. “Manfaat dari madu klanceng ini saya rasakan langsung. Seperti yang saya bilang di awal, bahwa madu jenis ini bukan hanya meningkatkan imunitas tubuh, juga bermanfaat untuk meringankan keluhan iritasi pada mata (pengelihatan),” sambung pria yang keseharian bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) tersebut.
Lebih jauh ia mengatakan, memetik pelajaran jika budidaya lebah klanceng nyatanya tidak hanya mengejar aspek ekonomi semata, namun juga perlu aspek konservasi, daya dukung lingkungan. Lebah butuh resin atau getah sebagai pertahanan di sarang untuk mencegah predator yang datang.
“Lebah juga butuh nektar dan serbuk sari bunga atau pollen sebagai cadangan makanan. Itu juga yang jadi bahan baku penentu kualitas madu,” ujarnya.