Tangerang, Gatra.com – Pesawat CN235-220 Flying Test Bed (FTB) berhasil melakukan uji terbang memakai campuran bahan bakar nabati (BBN) dari sawit atau bioavtur J2.4 pada Rabu (6/10). Pesawat menempuh perjalanan dari Bandara Husein Sastranegara Bandung menuju Bandara Soekarno Hatta Tangerang.
“Hari ini kita telah melihat sejarah baru, yaitu penerbangan perdana menggunakan bahan bakar nabati yang memang kita tunggu selama ini,” ungkap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dalam ‘Seremoni Keberhasilan Uji Terbang Pesawat CN235 Menggunakan Bahan Bakar Bioavtur 2,4%’.
Sebelumnya, bioavtur J2.4 telah menjalani serangkaian tes ground run pada 6 September 2021. Pengujian berikutnya berupa uji terbang pesawat CN 235-220 FTB dengan ketinggian 10.000 feet pada 9 September dan naik menjadi 16.000 feet pada 10 September. Tim melaporkan, semua tes berjalan baik tanpa menimbulkan gangguan apapun.
Menurut Arifin, keberhasilan tersebut akan menjadi tahap awal peningkatan kontribusi bioavtur di sektor transportasi udara. Dia pun meminta dukungan semua pihak terhadap sejumlah tahap uji coba selanjutnya, termasuk menyusun roadmap untuk komersialisasi.
“Penelitian dan pengembangan harus terus dilakukan untuk nantinya dapat dihasilkan produk J100, serta penggunaan bioavtur bisa diterapkan pada seluruh maskapai di Indonesia dan maskapai penerbangan internasional,” imbuhnya.
Arifin menjelaskan, pemerintah telah mengatur kewajiban penggunaan campuran bahan bakar bioavtur sebesar 3% pada 2020 dan meningkat jadi 5% di 2025. Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015.
“Namun, implementasi pencampuran bioavtur belum berjalan karena berbagai kendala, di antaranya terkait ketersediaan produk bioavtur, proses teknologi, dan keekonomiannya,” kata Arifin.
Sebagai informasi, proses pengembangan bioavtur dilakukan di unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT) Refinery Unit (RU) 4 Cilacap, PT Pertamina (Persero). Pengembangan ini melibatkan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menciptakan katalis merah putih untuk pembuatan bahan baku 2,4% minyak inti sawit atau refined bleached degummed palm kernel oil (RBDPKO).