Banyumas, Gatra.com– Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) Lokal Banjarnegara menguji coba alat Landslide Data Recorder atau (LSDR), yakni sebuah alat untuk memantau berbagai parameter kondisi tanah di daerah rawan longsor.
Ketua Lokal Banjarnegara, Harsono YB2JXC mengatakan uji coba ini terkait dengan banyaknya wilayah rawan longsor di Banjarnegara. Bahkan, sejumlah riwayat longsor di Banjarnegara sampai menyebabkan ratusan jiwa menjadi korban.
Misalnya, longsor Dusun Jemblung 2014 dan longsor Sijeruk pada 2006 lalu. Tragedi longsor Jemblung menyebabkan 106 orang meninggal dunia atau hilang. Sementara, di longsor di Sijeruk menyebabkan 90 orang meninggal dunia.
“Orari lokal Banjarnegara saat ini sedang bereksperimen dengan LSDR (Landslide Data Recorder) yaitu sebuah alat yang berguna untuk memantau berbagai parameter kondisi tanah di daerah lawan longsor,” katanya, dalam koordinasi antar-ORARI lokal se-Banyumas Raya dan Forum Relawan Lintas Organisasi (Fortasi).
Dia menjelaskan, Pemasangan LSDR tersebut menggunakan teknologi radio LORA yang dalam pengembanganya memiliki potensi untuk terkoneksi dan dapat mengirim langsung data pengamatan di lapangan ke satelit yang memiliki repeater LORA.
Selanjutnya data yang diterima akan diolah oleh server dan dikirim kembali pada Admin Orari lokal Banjarnegara. Dari eksperimen tersebut, memungkinkan alat dapat dipasang di berbagai lokasi tanpa memiliki ketergantungan terhadap listrik PLN maupun koneksi internet. “Eksprimen ini sudah diprensentasikan kepada Dirjen SDPPI Kementerian Komunikasi dan mendapatkan dukungan,” tandasnya, Minggu (3/10).
Perihal penanganan bencana, ORARI Banyumas dan Purbalingga dan sejumlah organisasi kesukarelawanan di Banyumas Raya berkomitnmen untuk saling membantu dan bekerja sama dalam penanganan bencana menjelang musim hujan 2021 ini.
Menurut Harsono, perlu kerja sama antara relawan lintas organisasi untuk penanggulangan bencana. Terlebih, Banjarnegara adalah wilayah dengan risiko bencana longsor tertinggi di Provinsi Jawa Tengah.
Kata dia, kerja sama itu telah dimulai sejak jauh hari, meski koordinasi gabungan belum pernah dilakukan. Contohnya saat penanganan kebakaran pasar di Banjarnegara. “Kami sangat berterimakasih dengan Fortasi yang sangat cepat datang ke Banjarnegara pada saat Bencana kebakaran pasar Banjarnegara beberapa waktu lalu,” ucapnya.
Serta memandang sangat perlu menjalin kerja sama dalam penanggulangan kebencanaan Selain dengan institusi terkait BPBD juga pada relawan FORTASI.
Pembina Fortasi yang juga anggota ORARI Lokal Banyumas, Eddy Wahono YC2EDD menyatakan Orari Lokal Banjarnegara diakui merupakan salah satu lokal yang menjalankan CORE (COMUNICATION & RESCUE). Ia juga menyambut baik koordinasi untuk kerja sama penanganan bencana antarorganisasi di Banyumas Raya.
Sementara, dalam koordinasi yang bertempat di Waroenk Kebon kompleks Bendung Gerak Serayu Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Banyumas, hadir perwakilan relawan Fortasi yang terdiri dari Serayu Rescue, MDMC, MTA, Gerpik, Asar Humanity, Relawan Khusus ODGJ Banyumas. Hadir pula Perwakilan PMI Banyumas, Ketua ORARI Lokal Banjarnegara dan Purbalingga.