Pekanbaru, Gatra.com– PT Perkebunan Nusantara V menargetkan menjual 1,1 juta bibit sawit unggul bersertifikasi kepada masyarakat pada 2021 ini. Proses penjualan dilakukan dengan sentuhan teknologi informasi berbasis android melalui aplikasi bernama ‘Sawit Rakyat Online’ yang dapat diunduh di Play Store.
“Untuk memudahkan masyarakat, kami siapkan aplikasi Sawit Rakyat Online. Dari total 1,5 juta bibit yang kita siapkan, tahun ini kita targetkan 1,1 juta bibit terjual kepada petani, baik petani plasma maupun petani sawit swadaya melalui aplikasi tersebut,” kata CEO PTPN V Jatmiko K. Santosa dalam keterangan tertulisnya di Pekanbaru.
Ia mengatakan bahwa persoalan ketersediaan bibit sawit menjadi atensi perusahaan perkebunan milik negara yang beroperasi di Bumi Lancang Kuning itu. Jatmiko memandang kendala bibit ilegitim (palsu) yang kerap melanda petani menjadi salah satu akar masalah dalam mengejar target pemerintah meningkatkan produktivitas sawit rakyat.
Survey Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menyebutkan para petani sawit masih kerap terjebak dengan keberadaan bibit sawit palsu. Ada sejumlah alasan yang membuat mereka terjebak, diantaranya 37 persen menjadi korban penipuan, 14 persen tergiur harga murah, 20 persen tidak mengetahui cara membeli benih yang legal.
Selain itu, 12 persen di antara petani terjebak penggunaan bibit palsu karena rumitnya persyaratan yang harus dipenuhi, 10 persen tidak mengetahui lokasi pembelian benih legal, serta 4 persen petani menyatakan akibat jarak tempuh dari lahan sawit ke produsen benih legal yang cukup jauh.
“Guna mengatasi kendala-kendala itu, sejak awal 2021 dan untuk pertama kalinya dalam sejarah perusahaan berdiri, kita putuskan melepas bibit unggul yang selama ini hanya dipergunakan di kebun inti dan kebun plasma perusahaan, untuk juga dijual secara online kepada petani swadaya non plasma,” urai Jatmiko sambil mengutarakan bahwa dari aplikasi tersebut, petani atau calon petani dapat melihat langsung jenis bibit yang tersedia di masing-masing sentra pembibitan perusahaan.
Saat ini, ia mengatakan terdapat dua varietas bibit unggul siap jual, yakni PPKS 540 serta PPKS Simalungun. Bibit itu tersedia di lima sentra pembibitan PTPN V diantaranya Air Molek, Tandun, Sei Rokan, Lubuk Dalam, dan Tanah Putih. Seluruhnya bersertifikat.
Jatmiko meyakinkan bahwa Aplikasi Sawit Rakyat Online yang dibuat oleh tim IT internal perusahaan dirancang untuk mudah di akses dan dipergunakan oleh petani ataupun calon petani kelapa sawit. Aplikasi tersebut bisa diunduh melalui layanan Google Play Store ataupun laman web resmi perusahaan ptpn5.co.id.
“Untuk daftarnya tidak perlu email (surat elektronik). Cukup nomer telpon. Kita rancang mudah dan sesederhana mungkin dalam penggunaannya. Kalau mau beli bibit, siapapun petaninya harganya sama di seluruh sentra yakni Rp44.000 per bibit siap tanam. Tinggal pilih lokasi kita yang terdekat dengan pembeli,” sebut Jatmiko lagi.
Selain kemudahan akses dan harga bibit yang kompetitif serta seragam, dalam aplikasi Sawit Rakyat Online juga menyediakan beragam informasi. Sejumlah fitur yang tersedia memudahkan petani untuk mencari tahu tentang bagaimana budi daya sawit yang baik dan lestari, info profil kebun-kebun plasma perusahaan, hingga ketersediaan fitur tanya jawab yang memberikan kesempatan petani atau calon petani sawit untuk melakukan chat atau percakapan dengan ahli perkebunan dari PTPN V.
“Keberadaan aplikasi ini sejatinya menjadi pelengkap atas berbagai upaya kami dalam menguatkan masyarakat khususnya para petani sawit yang telah dan akan menjalin kerjasama dengan perusahaan, termasuk petani swadaya. Harapannya, kami dapat mendukung program pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas, dimulai dari bibit yang jelas dan berkapasitas,” urai Jatmiko.
Mengutip penelitian Gamal Institute, disebutkan bahwa pohon kelapa sawit yang bersumber dari kecambah palsu atau tidak murni, membutuhkan lebih dari 48 bulan bahkan 60 bulan lebih untuk bisa berbuah. Produktivitasnya juga rendah, yakni di bawah 20 Ton TBS/Ha/tahun dan cenderung terus menurun.
Sedangkan, bibit unggul kebanyakan berproduksi puncak di atas 20 Ton TBS/Ha/tahun dengan masa produksi yang stabil selama kurang lebih 10 tahun dengan berat tandan kelapa sawit unggul 8 sampai dengan 20 tahun antara 15 – 22,5 Kg dan jumlah tandan 10 – 15 tandan/pohon/tahun.
“Dengan pemeliharaan yang tepat, bibit unggul kita yang dibeli masyarakat seharusnya bisa mulai berbuah dengan waktu yang lebih awal dan memiliki produktivitas layaknya hasil kebun inti maupun plasma Perusahaan. Saat ini, produktivitas kebun plasma kita sudah jauh di atas standar nasional,” ucapnya.
Ia menuturkan bahwa standar nasional untuk kelapa sawit tanaman menghasilkan tahun ke 3 (TM3) adalah 19 Ton TBS per hektare pertahun, maka petani sawit plasma PTPN V telah berhasil memperoleh 23 Ton TBS per hektare pertahun. Untuk Kelapa Sawit TM 4 yang standar nasionalnya ada di 23 Ton TBS per hektare pertahun, sawit plasma Perusahaan berhasil mencapai 27 Ton TBS per hektare pertahun.
Lebih jauh, Jatmiko yang juga ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Provinsi Riau itu mengatakan respon masyarakat akan keberadaan bibit sawit unggul PTPN V cukup besar. Bahkan, sejak mulai dilepas ke publik pada Januari lalu, di salah satu sentra bibit sawit di Air Molek, nyaris seluruh bibit telah dipesan oleh para petani.
“Alhamdulillah responnya bagus. Bibit kita langsung dikejar pembeli. Memang salah tanam bibit resikonya bisa menanggung rugi setidaknya sampai 25 tahun. Semoga bibit unggul PTPN V dapat ambil bagian dalam program percepatan sawit rakyat yang digalakkan pemerintah,” tutupnya.