Mogadishu, Gatra.com - Pabrik oksigen pertama yang bersifat umum (publik) di Somalia dibuka pada hari Kamis, 30 September 2021, sebagai harapan bagi negaranya. Di mana sebelumnya pengobatan yang dapat menyelamatkan nyawa untuk virus corona ini sebagian besar tidak tersedia untuk pasien selama pandemi di negara di Afrika Timur itu.
Kantor berita Reuters melaporkan pada Kamis, (30/9) permintaan global untuk oksigen medis telah melonjak saat pandemi COVID-19. Dan banyak negara mengalami kekurangan yang parah.
Hal ini dan kurangnya peralatan lain, yang berarti orang Afrika yang sakit parah akibat COVID-19 lebih mungkin meninggal daripada pasien di tempat lain, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Mei oleh jurnal medis The Lancet, yang mengutip data dari 64 rumah sakit di 10 negara.
Sementara itu, negara-negara lain seperti India telah menderita kekurangan oksigen yang parah selama lonjakan infeksi COVID-19. Serta memaksa keluarga pasien untuk membayar harga yang selangit untuk tabung tersebut.
"Satu tabung oksigen biasanya berharga sekitar $50 [setara dengan Rp716 ribu] di Somalia. Tetapi dapat mencapai hingga $400 atau $500 [setara dengan Rp5,7 juta atau Rp7,1 juta di rumah sakit swasta] karena kelangkaannya," kata Abdullahi Nur Osman, Chief Executive Officer (CEO) Yayasan Hormuud.
Menurut World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Rabu, (29/9) Somalia telah melaporkan hampir 20.000 kasus COVID-19 dan 1.100 kematian akibat virus menular tersebut. Namun, angkanya bisa jauh lebih tinggi karena pengujian yang tidak memadai dan terdapat kematian yang tidak dilaporkan.
Adapun diketahui, hanya 1% dari 15 juta warga Somalia yang sepenuhnya sudah divaksinasi COVID-19. Hal ini mencerminkan ketidakadilan dalam distribusi vaksin yang sudah diperingatkan oleh WHO.