Jakarta, Gatra.com- Mantan Direktur Kerja Sama dan Koordinasi Organisasi Kesehatan Dunia, Tikki Pangestu menilai masih minimnya kajian ilmiah yang dilakukan mengenai pemakaian
produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun snus di dalam negeri.
“Untuk menjelaskan faktor teknis bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah daripada rokok memang tidak mudah. Diperlukan kesadaran ilmiah yang masih terbatas secara umum,” kata Tikki seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu (29/9).
Oleh karena itu, Tikki mendorong agar para pemangku kepentingan untuk segera memasifkan penelitian terhadap produk tembakau alternatif. Hasil dari riset lokal tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai acuan oleh pemerintah untuk menyusun regulasi yang disesuaikan dengan profil risiko dari produk ini.
Selain itu, riset-riset tersebut juga harus disosialisasikan baik ke regulator maupun masyarakat. “Kita masih belum memiliki riset yang lebih mendalam dan sistematis dengan rekayasa penelitian yang betul-betul canggih. Hal itu masih kurang di Indonesia. Kita perlu banyak penelitian mengenai data penggunaan produk tembakau alternatif di Indonesia,” tegas Tikki.
Selain mendorong riset lokal, dia juga menekankan pentingnya peran apoteker untuk memberikan pemahaman kepada publik, terutama perokok dewasa, bahwa produk tembakau alternatif dapat menjadi pilihan bagi mereka yang ingin berhenti merokok.
“Peran apoteker sangat penting sekali untuk menjelaskan keamanan dan efektivitas dari produk tembakau alternatif. Apoteker difungsikan untuk itu,” ujar Tikki.
Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Ardini Raksanagara sependapat dengan Tikki. Dia mengatakan apoteker memiliki peran yang sangat besar dalam membantu perokok dewasa untuk berhenti merokok.
“Apoteker tentu saja sangat paham farmakokinetik untuk dijelaskan kepada perokok agar dapat berhenti merokok secara bertahap,” ungkapnya.
Dengan keahlian yang dimiliki apoteker, Ardini berharap mereka dapat menyampaikan informasi yang berkelanjutan mengenai pengurangan bahaya rokok melalui produk tembakau alternatif. Partisipasi aktif dari para apoteker akan mendorong terciptanya perbaikan kesehatan publik.
“Kita harus siap menjadi fasilitator. Pengurangan bahaya tentu saja harus melalui edukasi agar menciptakan masyarakat yang sehat dan bahagia,” ucapnya.
Agar perbaikan kesehatan publik segera terealisasi, pemerintah juga harus memberikan dukungan melalui kebijakan, regulasi, anggaran, sarana dan prasarana. “Siapapun pemangku kebijakan harus mengemban ini. Masa depan di tangan kita,” kata Ardini.