Home Ekonomi Harga Telur Ayam Anjlok, Peternak di Rembang Merugi

Harga Telur Ayam Anjlok, Peternak di Rembang Merugi

Rembang, Gatra.com - Sejumlah peternak ayam di Kabupaten Rembang Jawa Tengah mengeluhkan anjloknya harga telur di pasaran. Ironinya, anjloknya harga tersebut berbanding terbalik dengan harga pakan yang terus mengalami kenaikan. 
 
 Hadi Santoso salah satu peternak ayam petelur mengatakan, anjloknya harga telur membuat ia terpaksa mengurangi ayam petelurnya.  "Sudah 4 tahun usaha ayam ini. Awalnya punya seribu ekor sekarang tinggal 300 ekor," katanya kepada wartawan, Selasa (28/9).  Hadi mengungkapkan, harga penjualan telor ayam saat ini Rp 16.500 per kg. Harga tersebut tak seimbang dengan harga pakan yang terus naik dan perawatannya.
 
"Harga penjualan telor ayam semula Rp 23 ribu per kg kini hanya Rp 16.500 per kg. Kami hanya bisa pasrah, karena harga sudah berpatokan dengan pinsar telor nasional," bebernya.
 
Hadi menjelaskan, harga jagung saat ini mencapai Rp 5500 per kg, sebelumnya hanya Rp 3500 per kg. sedangkan untuk harga konsentrat sebelumnya Rp 350 ribu, kini mengalami kenaikan Rp 420 sampai Rp 450 ribu per 50 kg.
 
"Harga produksi jagung pakan ternak dan konsentrat meningkat menjadi salah satu fator yang ikut menyulitkan para peternak," ungkapnya. 
Sementara itu, peternak ayam petelur lainnya, Ali mengaku, ia juga mengalami kerugian setiap harinya. Jika biaya perawatan dikurangi, hasil produksi telor juga ikut berkurang. 
 
"Kami punya 1200 ekor ayam petelur, biaya pakan sehari itu mencapai Rp 900 ribu. Kalau untuk pakan kami masih mencukupi karena menyetok, jadi kami rugi vitamin dan obat-obatan," ucapnya.
 
Ali berharap dinas atau instansi terkait segera membuat aturan terkait standar harga telor ayam. Agar harga telor ayam kembali normal dan para peternak kecil kembali laku dipasaran.
 
"Yang penting ada harga atas dan harga bawah. kami juga berharap adanya bantuan subsidi jagung dari dinas terkait untuk para peternak, agar para peternak bisa memperoleh laba untuk biaya untuk perawatan ayam," pungkasnya. 

 

 
1850