Jakarta, Gatra.com- Setiap detik atmosfer bumi dijejali sampah karbon dioksida dari kegiatan manusia di planet Bumi. Manusia, hewan, kendaraan bermotor serta pabrik-pabrik di seluruh dunia membuang (emisi) karbon dioksida (gas rumah kaca) ke atmosfer bumi, yang memicu pemanasan global dan perubahan lingkungan.
Untuk mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi selain menurunkan emisi gas rumah kaca juga diperlukan penyerapan kembali gas rumah kaca tersebut. Setiap tumbuhan baik tanaman hutan maupun tanaman kelapa sawit memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida dari atmosfer bumi. Melalui fotosintesa yang dilakukan tanaman, karbon dioksida yang ada di atmosfer bumi diserap tanaman.
Lewat metabolisme tanaman tersebut, karbon dioksida dipecah menjadi karbon dan oksigen. Karbon kemudian diproses dan diubah menjadi tubuh tanaman (akar, batang, daun) dan produksi tanaman untuk kebutuhan manusia. Sedangkan oksigen dikeluarkan ke atmosfer/udara bumi untuk kehidupan manusia.
Karena tumbuhan memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida dari atmosfer bumi dan menghasilkan oksigen (memasok oksigen) ke atmosfer bumi, tumbuhan hijau termasuk kelapa sawit disebut juga sebagai “paru-parunya” ekosistem.
Jika dibandingkan antara kelapa sawit dan hutan, setiap hektare kebun sawit secara netto menyerap sekitar 64 ton karbon dioksida setiap tahun dan menghasilkan oksigen sekitar 18 ton.
Sedangkan hutan secara netto menyerap sekitar 42 ton karbon dioksida dan menghasilkan oksigen sekitar 7 ton. Dengan demikian untuk fungsi penyerapan karbon dioksida dari atmosfer bumi dan produksi oksigen, perkebunan kelapa sawit justru lebih unggul daripada hutan.