Pontianak, Gatra.com- Hadirnya industri kelapa sawit di Kalbar terus memberikan dampak yang luas dan semakin nyata dalam membantu kemajuan ekonomi daerah dan nasional.
Ketua GAPKI Cabang Kalbar, Purwati Munawir mengatakan bahwa komoditas sawit selama ini telah membuka akses bagi masyarakat untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Setidaknya, kehadiran industri sawit memberikan dampak pada penyediaan lapangan pekerjaan secara langsung dan tidak langsung dan membuka isolasi daerah terpencil.
"Tidak kalah penting sawit berperan menjaga fungsi konservasi, menumbuhkan pusat ekonomi baru, serta berkontribusi dalam penerimaan devisa melalui ekspor CPO yang semakin memberikan peran besar dalam ekonomi Kalbar," kata dia.
Dia melanjutkan, Kalbar menjadi salah satu daerah penghasil sawit terbesar di Indonesia. Kondisi geografis dan iklim di Kalbar menurutnya sangat cocok untuk ditumbuhi tanaman sawit. Kalbar punya sifat iklim yang relatif basah sehingga kondisi ini cukup ideal untuk tanaman kelapa sawit. Namun begitu, perubahan iklim yang terjadi di dunia, sedikit banyak mempengaruhi kondisi sawit Kalbar.
“Kondisi yang kering di mana curah hujan di bawah rata-rata memicu adanya karhutla. Selain itu, kekeringan juga dapat mempengaruhi produktivitas tanaman sawit, sehingga produksinya bisa berkurang pada saat panen,” kata dia.
Menurutnya, ke depan untuk memaksimalkan potensi yang ada, saatnya Kalbar tidak hanya menjadi daerah penghasil, namun menjadi daerah pengolah produk turunan kelapa sawit yang siap pakai.
“Semakin hilir produk yang dihasilkan, daya saing kita semakin kuat,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam Webinar bertema ‘Kebal Pandemi, Sawit Kalbar Masih Diandalkan’, Selasa (14/9).
Purwati mengatakan, untuk menghadirkan industri hilir, memerlukan investasi yang besar. Karena itulah, industri hilirisasi ini memerlukan dukungan dari semua pihak, baik swasta maupun pemerintah. Utamanya pemerintah yang memberikan jaminan kepastian hukum serta penyediaan infrastruktur yang memadai.
“Industri hilir memerlukan investasi semakin besar, semakin memerlukan insentif, jaminan kepastian hukum, dan infrastruktur yang mendukung,” ucap dia.