Home Politik Nakes Korban Serangan KKB Papua Baru Bertugas selama Tiga Bulan di Kiwirok

Nakes Korban Serangan KKB Papua Baru Bertugas selama Tiga Bulan di Kiwirok

Jakarta, Gatra.com– Ketua Umum DPP Persatuan Ahli Terknologi Laboratorium Medik Indonesia (PATELKI), Atna Permana, mengungkapkan bahwa tenaga kesehatan (nakes) bernama Gabriela Meilan yang menjadi korban serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua beberapa waktu lalu baru bertugas selama tiga bulan saja di Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, Papua. “Kalau di Kiwirok baru dari Juni 2021,” ujar Atna dalam sebuah webinar yang digelar pada Sabtu, (25/9).

Selain itu, Atna menambahkan bahwa sebetulnya korban dan keluarganya telah lama mendiami tanah Papua. “Bahkan Gabriela tuh dari TK sudah menjadi ‘saudara’ dengan teman-teman di Papua,” ucapnya.

Kemudian, Atna menglarifikasi bahwa Gabriela adalah seorang tenaga laboratorium, bukan perawat. Ia menambahkan bahwa tenaga laboratorium baru diterjunkan ke Papua sejak dijalankannya program Nusantara Sehat oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sejak tahun 2015 silam.

Melansir laman resmi Kemenkes, Nusantara Sehat adalah program yang bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK).

Atna mengapresiasi kemauan Gabriela yang ingin terjun langsung ke Kiwirok. Padahal, korban merupakan lulusan tahun 2020. “Gabriela itu kan baru lulusan 2020. Luar biasa sudah bisa pergi ke daerah Kiwirok,” ujarnya.

Apresiasi Atna itu bukan tanpa dasar. Menurut penuturannya, tak banyak petugas Teknologi Laboratorium Medis (TLM) yang mau mengabdikan diri di wilayah-wilayah DTPK atau DBK seperti Papua. Namun, tampaknya keberanian Gabriela adalah satu pengecualian.

Dengan maut yang menimpanya beberapa waktu lalu, Gabriela dan keluarga mendapat banyak dukungan, termasuk dari Komnas HAM. Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, mengutuk keras apa yang dilakukan oleh KKB kepada Gabriela dan amat menyayangkan mengapa peristiwa nahas itu harus menimpa seseorang yang berprofesi di garda terdepan kemanusiaan.

“Kita harus memberikan satu tempat yang setinggi-tingginya buat mereka. Kami Komnas HAM sangat kecewa ya kenapa ada peristiwa seperti ini. Ini kan orang-orang yang bekerja untuk menyelamatkan kemanusiaan kita,” ujar Taufan di kesempatan yang sama.

Namun, Atna menyampaikan bahwa pihak keluarga Gabriela masih merasakan kesulitan untuk menerima kenyataan yang terjadi kepada korban. “Untuk menerima [bela sungkawa] tuh susah. Kalau Covid kan dikenalnya gugur, kalau ini kan ada faktor penyiksaan itu yang mungkin membuat keluarga sangat terpukul luar biasa,” tutur Atna.

Sementra, Lamek Taplo panglima  pasukan penyerang di Kiwirok berjanji menyerahkan mantri Gerald Sokoy melalui pihak gereja atau Pemerintah daerah Kabupaten Pengunungan Bintang secara terhormat. "Semua peristiwa yang terjadi selama ini simpang-siur. Itu Gerald Sokoy akan jelaskan kepada publik terkait dokter bersenjata dan nasib nakes yang korban meninggal dunia," kata Taplo.

Panglima Kodap XV Ngalum Kupel itu juga mengeluh karena banyak pihak yang menyudutkannya. "Semua pihak tetap bertahan dan banyak pihak yang menjudutkan kami pasukan TPNPB-OPM akan dengar langsung dari Mantri Gerald Sokoy," katanya.

797