Slawi, Gatra.com - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki meninjau UKM logam Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang berada di Lingkungan Industri Kecil (LIK) Takaru, Dampyak, Kecamatan Kramat, Sabtu (25/9). Teten menilai UKM di Kabupaten Tegal memiliki potensi menjadi sentra pembuatan komponen industri.
Dalam tinjauan tersebut, Teten melihat secara langsung proses produksi sejumlah UKM logam yang memproduksi berbagai peralatan, di antaranya alat kesehatan, pertanian, kelistrikan, otomotif dan perkapalan serta Koperasi Tegal Manufaktur Indonesia. Beberapa UKM logam yang ada di kawasan LIK merupakan binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA).
"Saya kira UMKM dan koperasi di Tegal bisa jadi sentra pembuat komponen industri. Industri otomotif, furniture, permesinan dan sebagainya," ujarnya.
Setelah melihat secara langsung UKM logam yang ada LIK, Teten optimistis alat kesehatan, permesinan, pertanian, dan perkapalan bisa sepenuhnya diproduksi di dalam negeri. "Nanti akan saya sampaikan ke menteri kesehatan, pertanian, supaya tidak usah lagi lah impor mesin-mesin pertaninan, alkes yang bisa kita produksi oleh pelaku usaha kita sendiri," tandasnya.
Pemerintah menurut dia juga ingin mendorong dan mengembangkan UKM menjadi rantai pasok industri nasional. Hal ini agar UKM bisa mengalami peningkatan tidak hanya dari skala usahanya, tetapi juga dari daya saing produksinya. "Sehingga UMKM bisa menjadi tulang punggung perekonomian nasional," katanya.
Menurut Teten, salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM untuk mendorong hal itu yakni dengan menggandeng sembilan BUMN menjadi bagian dari rantai pasok UMKM.
"Salah satunya misalnya dengan PLN. di sini saya kira, teman-teman di sini bilang katanya sudah bisa bikin komponen-komponen yang diperlukan untuk di PLN. Di perkapalan bisa, di kesehatan bisa. Kami coba sambungkan itu," ujarnya.
Teten mengatakan, selain sudah dibangun melalui akses pembiayaan, serta kemitraan dengan usaha besar dan usaha kecil dengan dukungan insentif pajak dan kebijakan upah yang kompetitif bagi UMKM untuk bermitra dengan usaha besar, ekosistem untuk kemitraan usaha kecil dan besar dalam konsep rantai pasok industri secara legal sudah ada di Undang-undang Cipta Kerja. Untuk itu, yang saat ini dilakukan kementerian adalah pendekatan dari sisi permintaan pasar (market demand).
"40 persen belanja kementerian dan lembaga itu sudah produk UMKM dan koperasi. Tahun ini ada Rp445 triliun. Itu bisa untuk belanja alkes, alat-alat pertanian, furniture, fashion, ATK dan lain sebagainya. Kami harapkan dengan belanja pemerintah yang cukup besar setiap tahun akan menggairahkan UMKM kita untuk terus meningkatkan produksi dan kualitas atau daya saing produksi," ujarnya.
Teten mengatakan, di banyak negara, UMKM berkembang karena bermitra dengan usaha besar. Kemitraan ini bukan hanya dari sisi market demand-nya, tetapi juga meliputi transfer teknologi dan transfer pengetahuan.
"Ada mindset bussiness yang mereka tularkan kepada UMKM. Ini saya terima kasih untuk YDBA yang sudah membantu UMKM di semua sektor dan visinya untuk mendorong UMKM ke industrialisasi," ucapnya.
Bupati Tegal Umi Azizah mengatakan pelaku UKM logam di Kabupaten Tegal yang didorong agar terus tumbuh dan berkembang memiliki kemampuan dan kesiapan untuk memasok kebutuhan berbagai keperluan BUMN.
"Penumbuhan dan pengembangan industri logam ini adalah bagian dari 9 program unggulan Pemkab Tegal, di samping ada program unggulan penumbuhan wirausaha muda dengan jargon mencari bos muda di Kabupaten Tegal," ujarnya.
Sementara itu Ketua Pengurus YDBA Sigit P Kumala menyebut potensi UMKM di Tegal untuk berkembang sangat besar karena sudah teruji dan pembinaan YDBA sudah lama dilakukan .
"Harapan kami tidak hanya dari Astra saja, tapi juga dari perusahaan lain bisa bergabung. Terbukti asosiasi produsen alkes sudah mempercayakan kepada UKM di sini. Kalau ini bisa diperluas ini akan menghasilkan scoop yang lebih luas lagi dan UMKM-nya akan naik kelas. Dengan adanya order, kompetensi UMKM ini akan ikut meningkat sekaligus," ujarnya.
Menurut Sigit, YDBA sudah bekerja sama dengan lebih dari 30 UKM di Kabupaten Tegal. Jumlah ini masih berpotensi bertambah. "Potensi bertambah ada, asal ikutin standar yang kita minta. Untuk mencapai standar nanti ada fasilitator dari YDBA, didampingi dari waktu ke waktu sampai bisa memenuhi standar Astra," jelasnya.