Jakarta, Gatra.com— Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta bekerjasama dengan Badan Pengelola Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar penelitian jejak air (water footprint) di perkebunan kelapa sawit. Penelitian membuktikan bahwa tanaman sawit tidak mengancam keberlangsungan sumber daya air Indonesia.
Penelitian dilakukan di dua wilayah perkebunan sawit di Riau dan Kalimantan Tengah, diketuai oleh Lisma Safitri Msi. Sebelumnya, berkembang beragam isu dan opini tentang tingginya kerusakan lingkungan akibat perkebunan sawit salah satunya yang berkaitan dengan masalah air. Tanaman sawit dianggap sebagai tanaman dengan penggunaan air yang tinggi yang mengancam keberlangsungan sumber daya air Indonesia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tanaman sawit pada jenis tanah gambut memiliki nilai water footprint lebih kecil dibanding dari lahan mineral. Berdasarkan analisis penggunaan air tanaman dan sebaran densitas perakaran, diperoleh kesimpulan bahwa tanaman sawit menggunakan air sebagian besar pada zona atas perakaran tanaman.
Artinya tanaman sawit hanya menggunakan air hujan dan air permukaan saja. Penelitian ini sekaligus membuktikan anggapan bahwa tanaman sawit mengancam keberlangsungan sumber daya air Indonesia adalah tidak benar.
Penggunaan air oleh tanaman kelapa sawit salah satunya dapat dinyatakan dalam satuan unit water footprint. Water foot print didefinisikan sebagai volume air yang digunakan untuk mendapatkan satu tonnase TBS (tandan buah segar) kelapa sawit dalam satuan m3/yields. Water Footprint TBS sawit terdiri dari water footprint green (sumber air dari air hujan), blue (sumber air dari cadangan air permukaan dan air tanah) dan grey (air yang digunakan untuk melarutkan pupuk, pestisida dan dan senyawa kimia lainnya).
Selain untuk mengetahui water footprint kelapa sawit pada beberapa variasi jenis tanah (mineral dan organik/gambut) dan umur tanaman, juga dirancang Aplikasi model Water Footprint Calc dalam otomasi irigasi sebagai Early Warning System di perkebunan sawit berbasis sistem kontrol status water footprint tanaman sawit dengan input berupa input data curah hujan, jenis tanah, umur tanaman serta produksi tanaman.
Berdasarkan nilai penggunaan air tanaman (ETa) dan produksi tanaman bulanan per pokok serta sebaran densitas perakaran, dapat dilihat nilai water footprint/ water productivity (m3/ kg) TBS yang terdiri dari water footprint green dan blue. Pada level area, pada studi kasus di Kalimantan Tengah diperoleh nilai Water Footprint sebesar 1002.1 m3/ton TBS sawit yang terdiri dari 76.7 green water m3/ton , 35.9 blue water m3/ton and 89.5 m3/ton grey water dan sedangkan studi kasus di Riau menunjukkan nilai Water Footprint sebesar 593.61 m3/ton TBS yang terdiri dari 535.55 m3/ton green, 8.08 m3/ton blue dan 49.98 m3/ton grey.
Nilai Water Footprint TBS Sawit pada dua daerah yang berbeda di Indonesia menunjukkan penggunaan air tanaman sawit tergolong efektif. Sebagai perbandingan, tanaman penghasil minyak lainnya memiliki nilai water footprint yang lebih tinggi seperti Sunflower seed (3366 m3/Ton), Rapeseed (2271 m3/Ton) serta Olives (3015 m3/Ton). Pada level lahan, nilai water footprint bervariasi antara 0.242 – 0.423 m3/ kg TBS sawit.