Home Ekonomi Jagung Kiriman Jokowi ke Blitar, Peneliti: Itu Hadiah, Bukan Kebijakan

Jagung Kiriman Jokowi ke Blitar, Peneliti: Itu Hadiah, Bukan Kebijakan

Jakarta, Gatra.com – Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Aditya Alta, mengungkapkan bahwa kiriman bantuan jagung pipil kering sebanyak 20 juta ton dari Presiden Jokowi kepada Suroto, peternak ayam asal Blitar, Jawa Timur, pada Senin lalu bukanlah merupakan kebijakan, melainkan hanya sekadar hadiah.

“Saya kira itu bukan dukungan yang berbentuk kebijakan. Itu mungkin bisa dianggap sebagai hadiah saja kira-kira,” ujar Aditya dalam sebuah webinar yang digelar pada Jumat, (24/9/2021).

Seperti diketahui, Suroto, peternak ayam asal Desa Suruhwadang, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, baru saja menerima bantuan sebanyak 20 juta ton jagung dari Presiden Jokowi.

Ini disebut merupakan imbas dari bentuk protesnya beberapa waktu lalu saat ia membentangkan poster bernada penuh harap akan bantuan pemerintah ketika Presiden Jokowi sedang mengunjungi Blitar untuk keperluan kunjungan kerja (kunker).

“Perhatian dan apresiasi Bapak Presiden begitu cepat. Begitu menginstruksikan untuk mengirimkan jagung sudah dilaksanakan, presiden langsung mengutus sekretaris pribadinya untuk menemui saya dan memberikan bantuan gratis ini,” ujar Suroto, seperti dilansir oleh Antara News pada Senin, (20/9/2021).

Walau polemik harga jagung masih membuat banyak peternak mandiri resah, Aditya menilai bahwa sebetulnya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan sudah banyak sekali. Hanya saja, kebijakan tersebut berlaku kepada sektor pertanian secara umum dan tak spesifik pada komoditas jagung saja.

Aditya menyebut kebijakan pemerintah tersebut berbentuk berbagai macam subsidi dan bantuan, seperti bantuan benih, penyuluhan petani, bantuan kredit, hingga subsidi pupuk yang disebut menjadi subsidi non-energi terbesar hingga saat ini.

“Tapi kenapa harga masih tinggi dan komoditas masih kurang tersedia terlepas sudah banyak sekali bantuan yang diberikan? Ya, sekali lagi saya kira masalah utamanya pertanian tanaman pangan ini kan berbiaya tinggi, ya,” ujar Aditya.

3099