Jakarta, Gatra.com – Bertepatan dengan Hari Tani Nasional, TaniHub Group, kelompok Bank Dunia, dan Microsoft berkolaborasi dalam memprakarsai Cultivhacktion. Cultivhacktion berasal dari kata cultivate (membudidayakan), hackathon (acara para pegiat teknologi), dan action (tindakan). Cultivhacktion disebut juga sebagai upaya menghadirkan solusi teknologi bagi percepatan digitalisasi ekosistem pertanian di Indonesia.
Para inovator diajak mengembangkan solusi yang mencakup tiga area utama. Pertama, peningkatan produktivitas pertanian, serta ketahanan terhadap guncangan, termasuk yang disebabkan oleh iklim. Kedua, perluasan akses para petani kepada input, pasar, dan sumber daya keuangan. Terakhir, dukungan terhadap pengambilan keputusan berbasis data oleh pemerintah.
Melalui kolaborasi yang mendapatkan dukungan dari Kementerian Pertanian (Kementan) serta Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini, ketiga organisasi penyelenggara berharap dapat meningkatkan produktivitas dan inklusivitas lebih dari 33 juta petani di Indonesia, mengembangkan sistem pertanian yang dapat membentuk transparansi dan efisiensi rantai pasok, serta menciptakan generasi baru dari kalangan petani dan pengusaha agribisnis.
“Berbicara pertanian bukan hanya berbicara mengenai produksi makanan, tetapi juga penyediaan lapangan kerja bagi 273 juta masyarakat Indonesia. Industri ini memiliki potensi pertumbuhan yang begitu besar, terbukti dari tumbuhnya Nilai Tukar Usaha Pertanian Indonesia hingga 104% dalam dua tahun terakhir,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.
Mentan berharap, Cultivhacktion dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, termasuk petani dan pihak lain yang ada dalam ekosistem pertanian. “Semoga ini menjadikan pertanian kita semakin maju, mandiri, dan modern, sehingga dapat menerobos pasar nasional maupun global,” kata Syahrul.
Di kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memuji kolaborasi dari TaniHub Group, Kelompok Bank Dunia, dan Microsoft yang telah mendorong keterlibatan generasi muda untuk menciptakan solusi-solusi digital yang menjawab berbagai permasalahan pertanian.
“Jawa Barat adalah rumah bagi 50 juta orang dan memiliki tanah yang subur. Kita juga melihat terdapat tiga jenis ekonomi yang tetap bertumbuh kuat selama pandemi Covid-19: keamanan pangan, kesehatan, dan digital. Jadi, inilah yang kita temukan dalam Cultivhacktion: kombinasi dari pangan, ekonomi, dan inovasi digital,” ujar Ridwan Kamil.
Kang Emil berharap partisipan Cultivhacktion bisa sukses, dan menjadi motor yang menunjukkan Jawa Barat sebagai contoh terdepan dalam inovasi pertanian dan ekonomi pangan. Diketahui solusi digital yang ditawarkan Cultivhacktion bersifat praktis dan dapat diterapkan petani skala kecil.
Misalnya, dengan memberikan solusi dalam penciptaan rantai pasok pertanian yang tangguh dan berkelanjutan di tengah perubahan iklim, menyediakan akses kepada informasi berbasis agro-klimatik yang sesuai dengan kebutuhan budidaya para petani di masing-masing daerah melalui penerapan big data, serta meningkatkan pengetahuan petani berskala kecil tentang pemasaran, pemrosesan pasca-panen, pengelolaan usaha pertanian, serta pengelolaaan keuangan pribadi dengan pengembangan digital.
“Sebagai sebuah grup yang lahir dari ide inovatif anak-anak muda Indonesia pada 2016 ketika belum ada pemain agritech satu pun; sekarang kami telah berkembang dan terus berkomitmen untuk terus memajukan petani Indonesia melalui ekosistem kami, dari hulu ke hilir,” ujar CEO TaniHub Group, Pamitra Wineka.
Pamitra menerangkan, dalam ekosistem tersebut petani, pembeli, pendana, dan seluruh pemangku kepentingan menikmati beragam hasil panen yang baik dari pertanian. “Tentunya, kami tidak ingin berhenti di sini karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Dengan diselenggarakannya Cultivhacktion yang dimulai bertepatan dengan Hari Tani Nasional ini, kami ingin menyaksikan pemikir-pemikir terbaik di negeri ini menciptakan inovasi yang inspirasional,” katanya.
Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen menyatakan, pertanian digital berpotensi menciptakan perubahan bagi sektor pertanian di Indonesia. Pertanian digital dapat membantu para petani dan pelaku usaha pertanian dalam mengakses informasi, membuat keputusan yang lebih baik, dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara lebih produktif dan berkelanjutan.
“Pertanian digital juga turut membuka terciptanya generasi baru dari kalangan petani dan pelaku usaha pertanian. Untuk dapat sepenuhnya mendapatkan manfaat dari teknologi digital, pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama dalam membangun “ekosistem pertanian digital,” ungkap Kahkonen.
National Technology Officer Microsoft Indonesia, Panji Wasmana menyatakan, ketika ekosistem data terbentuk, teknologi kecerdasan buatan (AI), machine learning, serta advanced analytics akan melahirkan berbagai inovasi baru dalam industri pertanian. “Misalnya, petani akan dapat memprediksi pola cuaca untuk menentukan waktu tanam yang tepat, atau meningkatkan presisi pertanian melalui aplikasi irigasi yang didukung insights berbasis data. Inovasi ini pun memungkinkan petani untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas lahan, dan pendapatan, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif,” ungkap Panji.