Home Milenial Echo Chamber Effect: Keengganan Mendengar Perspektif Lain

Echo Chamber Effect: Keengganan Mendengar Perspektif Lain

Jakarta, Gatra.com – Staf Khusus Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo), Rosarita Niken Widiastuti, menyoroti maraknya situasi efek ruang gema (echo chamber effect) dengan semakin berkembangnya teknologi dan media sosial di zaman kiwari, terutama selama pandemi Covid-19.

Echo chamber effect adalah situasi di mana seseorang enggan melihat atau mendengar gagasan, perspektif, atau alternatif lain yang berbeda dari perspektifnya sendiri. Kemudian seseorang itu lebih suka mendengar gagasan dari orang-orang yang pemikirannya seragam dengan dirinya saja.

“Dengan adanya digitalisasi, ada WA, ada Facebook, ada Twitter, tidak semua masyarakat, tetapi ada sebagian masyarakat yang hanya mau mendengar yang sudah sepemikiran sehingga memperteguh sikap mereka,” ujar Niken dalam sebuah webinar yang digelar pada Kamis (23/9).

“Seperti gema suara di ruang tertutup, pikiran yang berulang-ulang memperkuat pandangan yang makin mengental dan ekstrem,” imbuh Niken.

Niken kemudian mamaparkan sebuah contoh terjadinya situasi echo chamber effect selama masa pandemi, terutama terkait berita-berita hoaks yang berkenaan langsung dengan situasi Covid-19.

Niken menyoroti pihak-pihak yang tidak percaya dengan adanya Covid-19 sehingga pada akhirnya menolak bergabung mengikuti program vaksinasi nasional yang diinisiasi oleh pemerintah.

“Ada hoaks yang mengatakan kalau divaksin, dua tahun kemudian meninggal. Jadi, orang takut dengan informasi hoaks seperti itu, dikira kebenaran,” tutur Niken.

Niken mengindikasikan bahwa apabila berita-berita hoaks tersebut secara berulang-ulang disebarluaskan, masyarakat akan semakin percaya. Imbasnya, masyarakat tersebut semakin enggan untuk menerima informasi dengan gagasan atau perspektif yang lain dan berbeda, misalnya bahwa vaksin Covid-19 itu aman.

“Jadi, karena mungkin di dalam satu grup orang sudah ketakutan, khawatir, sehingga ramai-ramai tidak mau mengikuti protokol kesehatan atau vaksin,” tutup Niken.

6246