Batanghari, Gatra.com - Kepala Dinas PPKBP3A Kabupaten Batanghari, Jambi, Tesar Arlin mengatakan kehadiran Psikolog mampu menekan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Berdasarkan catatan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, sejak Januari hingga Agustus 2021 cuma terjadi 19 kasus.
"Kekerasan terhadap anak 17 kasus dan kekerasan terhadap perempuan 2 kasus. Semua kasus sudah di proses dan selesai," kata Tesar dikonfirmasi Gatra.com, Kamis (23/9).
Pemicu kekerasan anak berdasarkan hasil petugas turun ke lapangan bertemu dengan masyarakat akibat ketidaktahuan fungsi keluarga. Padahal keluarga cuma beranggotakan suami, istri dan anak.
"Kadang kala istri bekerja di luar, ternyata anak berada di rumah, sedangkan suami lagi banyak pikiran. Itu salah satu penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak," ujarnya.
Sedangkan pemicu kekerasan terhadap perempuan biasanya karena faktor ekonomi. Biasanya suami lelah pulang kerja tapi istri tidak melayani makan minum dan kebutuhan lainnya. Tanpa disadari kondisi ini menjadi penyebab kekerasan perempuan dari suami.
"Angka kasus kekerasan anak dan perempuan tahun ini mengalami penurunan. Pada tahun 2020 data DPPKBP3A Batanghari mencatat 41 kasus. Rinciannya 31 kasus kekerasan anak dan kekerasan perempuan 10 kasus," katanya.
Dinas PPKBP3A kini memiliki UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak. Adanya UPTD sangat efektif dalam hal memberikan edukasi ke masyarakat. Baik tingkat desa, kelurahan dan kecamatan, berupa pertemuan antar kelompok masyarakat.
"Misalnya pertemuan pengajian, pertemuan remaja, bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak wajib kita sampaikan kepada keluarga dan masyarakat," ucapnya.
UPTD hadir guna melakukan koordinasi bersama dengan da'i, pegawai syara' yang ada di desa/kelurahan serta kecamatan bersama-sama menangani kasus kekerasan perempuan dan anak. Ada fungsi-fungsi masyarakat disitu dalam membantu mengedukasi bahwa pentingnya keluarga di tengah masyarakat.
"Itu yang kami buat sekarang. Alhamdulillah melalui visi-misi pak Bupati Muhammad Fadhil Arief dan pak Wabup Bakhtiar, kami sudah ada motivator desa," katanya.
Motivator desa memberi informasi ke masyarakat khususnya kaum remaja, kaum milenial agar berusaha menjaga keutuhan keluarga. Caranya dengan melakukan perlindungan anak dan perempuan.
"Edukasi kami lakukan setiap pekan. Edukasi tidak harus ketemu langsung. Adanya wabah Covid-19 bisa dilakukan secara zoom menyampaikan aturan, kebijakan dan fungsi keluarga," ujarnya.
Kasus kekerasan perempuan dan anak hampir merata terjadi dalam delapan kecamatan. Ia bilang kasus kekerasan bukan seperti PPKM, ada zona merah, ada zona kuning dan semua hampir merata.
"Alhamdulillah kami sudah ada Psikolog di kantor kami untuk membantu membangkitkan lagi masyarakat, khususnya anak dan perempuan yang terjadi kekerasan," ucapnya.
Psikolog melakukan pendekatan secara emosional. Usai terbentuk UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak, ada masyarakat ingin melakukan sharing. Mereka menyampaikan ada beban mental dan ingin minta solusi.
"Dinas PPKBP3A bekerjasama dengan Unit PPA Polres Batanghari. Kalau memang sudah masuk rana pihak kepolisian, kita akan berusaha untuk mendampingi," katanya.