Banyumas, Gatra.com – Ekspor gula semut atau gula kristal asal Banyumas, Jawa Tengah menurun tajam pada 2021. Meski permintaan gula semut stabil, kenaikan biaya kapal menyebabkan pengiriman terhambat.
Ketua Kelompok Gula Semut Manggar Jaya Semedo, Akhmad Sobirin mengatakan kondisi ini telah terjadi sejak akhir tahun 2020 lalu. Bahkan, pada akhir tahun pengiriman sempat terhenti total. Kondisi membaik namun hingga saat ini, ekspor gula semut asal Banyumas baru 40 persen dari kondisi normal.
“Penurunan boleh dikatakan turun separuh, bahkan 60 persen lebih,” katanya, Kamis (23/9).
Dia menjelaskan, pada awal pandemi Covid-19, permintaan gula semut masih stabil. Harga gula semut di tingkat petani Rp25 ribu per kilogram. Pengiriman mencapai tiga hingga empat kontainer per pekan, dengan jumlah kisaran 250-an ton per bulan.
Namun, ketersediaan kapal kargo di pelabuhan berimbas pada biaya pengiriman. Jika biasanya per kontainer berbiaya US$2.000, kini naik hampir 10 kali lipat menjadi US$18.000.
Akibatnya, banyak buyer (pembeli-red) yang menunda pembelian dan menyebabkan gula semut menumpuk. Terhambatnya pengiriman juga menyebabkan harga gula semut anjlok menjadi Rp16 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram.
“Hampir sepuluh kali lipat Pak. Yang tadinya hanya US$2.000, sekarang sudah hampir US$18 ribu, per kontainer. Akhirnya beberapa buyer itu kan pending PO-nya ya,” jelasnya.
Ketua kelompok Manggar Jaya, Akhmad Sobirin mengemukakan, lantaran produksi gula semut tidak bisa dihentikan, maka Kelompok Manggar Jaya berutang ke bank agar tetap bisa membeli gula semut dari petani dampingan.
Secara total, 1.000 an lebih petani di 10 desa di empat kecamatan tergabung di Kelompok Manggar Jaya. Pengurus kelompok juga mencari gudang penyimpanan yang representatif untuk penyimpanan dan menunggu kondisi membaik.
“Karena menunggu harga kapal turun. Sedangkan kami kan produksi harian, tidak ada berhentinya ya. Terus terang, sekarang memang terhambat pengiriman,” ucapnya.