Home Gaya Hidup Puluhan Tahun Tinggal di Batam, Imigran Afghanistan Tuntut UNHCR

Puluhan Tahun Tinggal di Batam, Imigran Afghanistan Tuntut UNHCR

Batam, Gatra.com - Ratusan imigran asal Afghanistan melakukan aksi unjuk rasa di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam, Rabu (22/9). Aksi tersebut untuk mengklaim bahwa mereka tidak ingin kembali ke negara asal, lantaran takut dengan kekuasaan Taliban.

Para imigran yang datang ke DPRD Batam meminta bantuan negosiasi atas nasibnya. Mayoritas warga negara afghanistan yang memutuskan untuk mengungsi dengan mencari suaka politik di negara lain, adalah etnis minoritas di sana yang karap kali mendapat ancaman Taliban selama satu dekade terakhir.

Salah satu imigran asal Afghanistan di Batam yang ikut dalam aksi tersebut, Khan (23 tahun) mengatakan, dia enggan pulang kampung karena tidak ingin menjadi korban keganasan kelompok Taliban. Mengingat, Taliban kini telah berkuasa di sana.

Pemuda asal Provinsi Sheberghan ini, mengaku telah berada di Batam selama 7 tahun dan menunggu proses pengiriman ke negara penerima suaka. Ia juga menyebut, dia trauma dengan apa yang dilakukan kelompok tersebut kepada etnis Hazara yang mayoritas menganut ajaran Agama Islam Syiah.

Khan cerita, pada saat itu dia di daerah dimana para etnis Hazara ini pula yang kerap menjadi korban pembunuhan antar etnis, serta menjadi sasaran bom bunuh diri dari para milisi radikal di Afghanistan.

"Di sana (Afghanistan) kami kerap mengalami pembantaian dan menjadi korban kekerasan serta pembunuhan meski telah beberapa kali berganti penguasa dalam beberapa dekade. Terutama di bawah Taliban, Hazara lebih tertekan," katanya.

Ketua aksi tersebut, Ali Akbar mengatakan, pihaknya sengaja datang ke DPRD Batam untuk membantu mempertanyakan nasib mereka kepada lembaga UNHCR, agar dapat segera memindahkan para pengungsi ke sejumlah negara tujuan yakni Australia, Kanada dan Amerika. 

"Mereka meminta kepada DPRD Batam untuk membantu agar proses kepindahan mereka ke negara tujuan bisa segera direalisasikan. Sejauh ini UNHCR terkesan lamban. Saya sendiri sudah berada di Indonesia selama 8 tahun. Kami minta agar nasib kami jadi jelas,” ujarnya.

Ali mengatakan mayoritas pengungsi menuntut untuk segera dipindahkan ke negara tujuan demi keselamatan jiwa mereka, lantaran takut depresi. Sebab, selama ini mereka tidak dapat bekerja dan hanya mengandalkan uang saku dari PBB melalui International Organization for Migration (IOM).

"Uang saku yang diberikan oleh IOM hanya sebesar Rp 1,1 -1,2 juta per orang setiap bulan untuk orang dewasa, sedangkan anak kecil diberikan Rp 500 ribu per anak setiap bulan. Di sini, kami tidak bisa bekerja. Apalagi semenjak Taliban berkuasa, komunikasi sulit, kami tak tahu kabar keluarga di Afghanistan” tuturnya.

819