Cilacap, Gatra.com – Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mengimbau agar masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, pada masa transisi dan awal musim penghujan 2021 ini. Masa transisi berlangsung pada September dan awal musim hujan diperkirakan dimulai Oktober mendatang.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Tunggulwulung Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) menguat pada Juli hingga akhir Agustus lalu. Akibatnya, muncul anomali cuaca, puncak kemarau namun curah hujan tetap tinggi.
“Dari awal kemarin itu kan sudah ada fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) itu maka, meskipun musim kemarau itu kan masih banyak hujan kemarin. Nah, ditambah lagi suhu permukaan laut di Indonesia pada saat itu hangat,” katanya, Selasa (21/9).
Dikatakan, meski pada September ini pengaruh IOD semakin kecil namun karena sudah memasuki musim transisi dari kemarau ke hujan, cuaca ekstrem tetap berpotensi terjadi.
Potensi munculnya cuaca ekstrem bertambah karena diprediksi akan muncul La Nina pada Oktober nanti. Karenanya, masyarakat di wilayah rawan banjir, longsor, dan bencana hidrometeorologi lainnya untuk melakukan antisipasi bencana.
“Sehingga pertumbuhan awan hujan banyak. Nah, saat ini masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan, itu cenderungnya pertumbuhan awan cumulonimbus itu banyak juga. Jadi perlu diwaspadai juga,” tandasnya.
Rendy mengemukakan, masyarakat bisa mengantisipasi potensi banjir dengan membersihkan saluran air. Sementara, di wilayah rawan longsor, masyarakat perlu melakukan pengecekan jika muncul retakan dan tanda gerakan tanah lain.
Warga juga perlu memangkas dahan yang terlalu rimbun atau pohon yang membahayakan di sekitar permukiman untuk mengantisipasi angin kencang atau puting beliung.
Rendy menambahkan, pengaruh IOD akan terus berkurang dan sama sekali hilang pada Februari 2022.
“Sekarang juga -0,3 sekian, dari ambang batas -4. Tapi masih berpengaruh,” ucapnya.