Jakarta, Gatra.com– Aktivis HAM, Veronica Koman, mengungkapkan bahwa insiden kematian seorang tenaga kesehatan (nakes) bernama Gabriela Meilan yang terjadi di Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang, Papua, beberapa waktu lalu memerlukan penelusuran lebih lanjut. “Butuh investigasi lebih lanjut karena kasus ini sangat kompleks,” ujar Veronica dalam sebuah webinar yang digelar oleh Amnesty International pada Selasa, (21/9/2021).
“Investigasi juga dibutuhkan untuk mencegah jatuhnya korban-korban sipil di masa mendatang karena ini sangat penting untuk mengidentifikasi apakah ini hanya salah satu insiden ataukah ada peralihan paradigma,” ujar Veronica.
Peralihan paradigma yang dimaksud adalah peralihan atau perubahan cara pandang para anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dalam melihat warga sipil non-Papua yang sedang berada di wilayah Papua.
Veronica menduga adanya peralihan paradigma itu. Pasalnya, menurutnya, profesi dokter—beserta profesi guru dan pendeta—biasanya dipandang oleh warga Papua sebagai profesi yang mulia di tanah Papua.
Veronica pernah mengungkapkan hal tersebut kepada Gatra.com beberapa bulan lalu. “Biasanya guru itu amat sangat dihormati, disegani, dan dicintai oleh orang-orang Papua. Dokter dan guru, dua profesi, ya sama pendeta lah ya, tapi dalam konteks profesi, guru dan dokter itu sangat dilindungi, gitu,” ujarnya.
“Ketika mereka ada acara adat, gitu ya, bakar batu yang makan-makan itu, yang pertama dikasih makan itu guru, dokter. Mereka dikasih daging yang paling bagus segala macem,” tambah Veronica.
Oleh karena itu, Veronica selalu mengkampanyekan adanya resolusi damai antara pemerintah Indonesia dan Papua. Ia menilai bahwa pendekatan yang lebih humanis, dan bukan pendekatan keamanan, dari pemerintah Indonesia terhadap Papua bisa menghentikan konflik berdarah di Papua yang memakan korban siapa saja, termasuk sipil hingga aparat negara itu sendiri.