Jayapura, Gatra.com - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Papua, dr. Donald Aronggear, SpB(K) mengungkapkan situasi situasi penyerangan, pembakaran, dan penembakan terhadap tenaga kesehatan di Puskesmas Kiwirok, Pegunungan Bintang, Provinsi Papua yang terjadi pada awal pekan ini (13/09).
Peristiwa tersebut, jelas Donald mengakibatkan sejumlah tenaga kesehatan terluka dan bahkan ada yang meninggal dunia, IDI Wilayah Papua telah mengirimkan surat pada Gubernur Papua untuk meminta jaminan keamanan dari pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat, namun hingga saat ini belum mendapat tanggapan.
Akibat peristiwa tersebut tercatat 9 tenaga kesehatan yang bertugas di distrik Kiwirok harus dievakuasi ke Jayapura dan semuanya saat ini sedang dalam penanganan medis dan psikis untuk trauma yang dialami. Mereka adalah dr. Restu Pamanggi, Marselinus Ola Attanila, Manuel Abi, Martinus Deni Satya, Lukas Luji, Patra, Siti Khodijah, Katrianti Tandila, dan Christina Sampetonapa.
Kondisi dr. Restu Pamanggi mengalami fraktur di bagian tangan telah menjalani operasi dan sedang dalam proses pemulihan secara medis seraya menjalani pemeriksaan psikis untuk pemulihan secara mental.
Sementara itu, Jenazah Suster Gabriela Meilani yang tewas akibat penyerangan tersebut telah diangkat dari jurang dan ditempatkan di lokasi perlindungan terdekat di Kiwirok seraya menunggu evakuasi.
Adapun proses evakuasi jenazah oleh helikopter TNI terkendala oleh cuaca yang kurang baik serta penembakan.
Saat ini seluruh pelayanan kesehatan di wilayah Kiwirok, Oksibil, dan Pegunungan Bintang masih dihentikan sembari menunggu jaminan keamanan dari pemerintah untuk para tenaga kesehatan yang bertugas.
“Kami meminta pada seluruh pihak untuk memberikan privasi bagi para tenaga kesehatan yang menjadi korban penyerangan tersebut karena masih mengalami trauma,” tegas dr. Donald Aronggear, SpB(K).
IDI Papua turut menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan Kerjasama dari TNI dan Polri di Papua yang telah membantu mengevakuasi, menyediakan fasilitas transportasi, dan masih banyak lagi terhadap para korban.
“Kami berharap agar segera ada jawaban dari pemerintah provinsi dan pusat untuk penanganan masalah ini, supaya aktifitas melayani masyarakat terutama di wilayah pedalaman bisa segera dilanjutkan, dan masyarakat yang membutuhkan penanganan kesehatan segera bisa ditangani,” pungkasnya.