Batanghari, Gatra.com - Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Batanghari, Jambi, Irwan mengatakan serangan pandemi Covid-19 dua tahun terakhir menjadi berkah petani kelapa sawit daerah ini.
"Khusus untuk Kabupaten Batanghari di masa Covid-19 secara umum ekonomi masyarakat tidak terdampak karena harga sawit di Batanghari mengalami kenaikan," katanya dikonfirmasi Gatra.com awal pekan ini.
Petani sawit daerah ini tak ada yang datang ke Dinas Perkebunan dan Peternakan menyampaikan masalah. Artinya ekonomi masyarakat adem ayem. Terlebih masyarakat diuntungkan dengan program pemerintah Pusat B20, B30 menuju ke B100.
"Akhirnya petani kelapa sawit berdampak positif. Kita bisa lihat di sejumlah pasar ramai. Biasanya kalau harga sawit jatuh, pasar-pasar terlihat sepi. Jadi secara umum ekonomi masyarakat tak terdampak Covid-19 ini," ucapnya.
Ia mengaku kurang mengetahui secara detail produksi kelapa sawit petani Batanghari. Sebab semua data-data ada dengan Kepala Bidang. Menurut dia perkebunan punya empat kriteria. Pertama tanaman tua, kedua tanaman rusak, ketiga tanaman menghasilkan dan keempat tanaman belum menghasilkan.
"Saya tidak pegang data itu ya. Tentu kalau kita bicara produksi, kita melihat luasan. Mungkin untuk menghitung itu, kita harus tahu luas tanaman yang menghasilkan itu. Datanya harus betul-betul karena untuk analisa lanjutan, bahwa data ini akan digunakan untuk hal yang lebih lanjut," ujarnya.
"Saya kira nanti kita minta datanya dengan Kabid supaya nanti datanya betul-betul kongkrit. Sehingga dalam pengambilan data ini tidak bias," katanya.
Pemerintah sudah sejak awal menggiring masyarakat agar berkebun dengan cara-cara tidak merusak lingkungan. Contoh awal, kata Irwan yakni program pemerintah Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB). Petani dari awal sudah dilakukan pembinaan membuat kebun dengan tidak merusak lingkungan.
"Tujuannya membangun kebun untuk kesejahteraan petani tanpa merusak lingkungan. Kalau ekonominya kita bina lantas ada dampak negatif terhadap lingkungan, itu kerugian juga bagi pemerintah. Secara jangka panjang juga berdampak negatif bagi masyarakat," katanya.
Oleh karenanya program replanting sawit yang didanai BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) itu menggunakan alat berat. Bahkan sewaktu di tumbang dan di ciping, di tumpuk sampai mudah lapuk. Sehingga tidak terpancing untuk melakukan kebakaran.
"Kemudian petani menggunakan bibit yang bersertifikasi dari badan yang punya integritas. Ada balai sertifikasi tingkat provinsi, ada legalitas formalnya. Tujuannya agar petani tidak menggunakan bibit yang tidak sesuai standar pemerintah," katanya.
Ia berujar bibit kelapa sawit tak sesuai standar bisa membawa penyakit. Pada jangka panjang justru tidak baik. Kemudian cara penggunaan lahan, kata Irwan, Kabupaten Batanghari tak ada gambut. Pihaknya terus mengimbau jangan sampai petani menanam sawit di daerah yang tidak dibolehkan.
Tujuannya agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik secara berkelanjutan, bermanfaat, tumbuh dengan subur dan dampak positif terhadap ekonomi tidak merugikan lingkungan.
"Kalau harga sawit pasnya saya tidak tahu ya. Yang jelas di atas 2.000 rupiah perkilogram. Bagi masyarakat harga sawit di atas 1.500 rupiah saja sudah bagus," ucapnya.