Banyumas, Gatra.com – Jurnalis Senior Andy F Noya menjadi narasumber dalam acara Masa Taaruf (Masta) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Koordinator Komisariat (Koorkom) UMP. Dalam pemaparannya, Andy menceritakan kisah yang terjadi di film "3 Idiots".
“Hari ini saya akan memulai dari sebuah film, dan ini adalah sebuah film yang ada kaitannya dengan masa laluku. Masa di mana aku merasa belum bisa nememukan atau mewujudkan mimpiku untuk terjun ke dunia tulis menulis,” katanya, Sabtu (18/9).
Karena film "3 Idiots" ini mengingatkan kepada anak muda yang banyak sekali tidak bahagia ketika menekuni bidang studi di kampusnya. Diceritakan dalam film tersebut pada era itu banyak sekali anak muda di India waktu itu bunuh diri.
“Bunuh diri di waktu itu cukup tinggi. Lalu dipertanyakan kenapa anak muda di India banyak yang bunuh diri waktu itu. Ternyata salah satu faktor yang paling dominan adalah mereka tidak bahagia karena oleh orang tuanya disuruh masuk fakultas yang digandrungi saat itu,” jelasnya.
Andy mengatakan, masih banyak orang tua yang menekan anaknya di masa 10 tahun lalu, agar mereka bisa mengikuti jejak kuliah dan kerja orang tuanya. "Orang tua jadi dokter, anaknya harus mengikuti. Orang tua jadi lawyer atau jaksa, anaknya harus mengikuti juga untuk kuliah di hukum. Itu yang saya sangat sayangkan. Sangat ironis," kata dia.
Lebih lanjut, Andy mengatakan, orang tua harus membebaskan anaknya memilih jurusan kuliah yang diinginkan. Jangan sampai anak tertekan dan menderita, akibat jurusan kuliah yang tak diminati. Apabila sudah tertekan, kata Andy, maka anak akan menderita saat kuliah di perguruan tinggi, bahkan hingga dunia kerja.
"Jangan sampai di bangku kuliah hingga dunia pekerjaan, mereka menderita. Kalau seperti itu untuk apa kita sebagai orang tua, mereka menderita," ungkap Andy.
Menurut Andy, keinginan tersebut semata-mata agar anaknya bisa sukses seperti orang tuanya. Namun, pada era saat ini sudah sangat berbeda, bahkan menjadi profesional gamers saja bisa menjadi miliuner.
"Orang tua harus menyadari, dan sudah banyak yang sadar, kalau profesional gamers saja punya miliaran duit. Saat ini terjadi perubahan luar biasa di perkembangan teknologi informasi dan digital," ujar dia.
Dia menekankan, adanya perubahan itu membuat banyak anak muda tidak tertarik untuk bekerja di perusahaan mapan. Mereka kebanyakan mendirikan perusahaan rintisan (startup) yang berbasis digital.
"Kondisi ini bisa jadi dipicu oleh cerita anak muda di belahan dunia, sehingga di usia yang sangat muda, mereka sudah menjadi jutawan dan miliuner, ini tidak salah, ini sangat bagus," terang Andy.
Meski sudah menjadi wirausahawan, tetapi mereka harus diarahkan menjadi wirausahawan sosial (social enterprise). Karena akan bermanfaat bagi orang banyak.
"Mereka bisa memberikan banyak manfaat, termasuk kepada orang yang membutuhkan uluran tangan. Baik bantu nelayan, petani atau bahan anak-anak yang putus sekolah," katanya.
Di akhir materi, Andy mengucapkan terima kasih kepada UMP karena telah ikut dilibatkan dalam proses perkuliahan.
“Ini merupakan kesempatan yang terbaik, saya merasa terhormat di awal perkuliahan, saya dilibatkan. Suatu hari nanti mudah-mudahan bisa main-main bareng bersama kalian,” ucap Andy.