Yangon, Gatra.com - Sekitar 700.000 orang di Myanmar diperkirakan akan kehilangan akses internet setelah serangan terhadap peralatan telekomunikasi yang dijalankan oleh Mytel. Perusahaan yang sebagian dikendalikan tentara itu mengatakan di tengah laporannya bahwa puluhan menara mereka telah rusak.
Kantor berita Reuters melaporkan pada Jumat, (17/9) peristiwa itu terjadi sejak National Unity Government (NUG) atau Pemerintah Persatuan Nasional, sebuah pemerintahan bayangan yang dibentuk untuk melawan kudeta militer 1 Februari 2021, menyatakan pekan lalu sebagai "perang defensif rakyat" melawan junta.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak pemerintahan Aung San Suu Kyi digulingkan oleh militer negara tersebut, yang memicu kemarahan nasional, pemogokan, protes serta munculnya milisi anti-junta.
Adapun terjadi peningkatan pertumpahan darah di beberapa daerah, seusai NUG menyatakan pemberontakan dan meminta milisi baru yang dikenal sebagai People's Defence Forces (PDF) atau Pasukan Pertahanan Rakyat untuk menargetkan junta dan asetnya.
"Penghancuran infrastruktur telekomunikasi telah merampas sarana untuk mengakses informasi, pendidikan dan layanan penting di internet bagi ratusan ribu pengguna," kata Juru Bicara (Jubir) Mytel.
Menurut sebuah laporan dari surat kabar independen Irrawaddy pekan ini, sebagian besar serangan terjadi di daerah pedesaan dan lebih dari 80 menara milik Mytel telah dihancurkan, dengan PDF mengklaim untuk bertanggung jawab di beberapa daerah tersebut.