Home Milenial Curhat dan Tantangan di Balik Pertemuan Menteri Nadiem-Bu Guru Nuri

Curhat dan Tantangan di Balik Pertemuan Menteri Nadiem-Bu Guru Nuri

Sleman, Gatra.com – Sosok guru Khoiry Nuria yang sempat dikunjungi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, meminta pemerintah melarang apapun bentuk ujian untuk siswa.

Sesuai semangat merdeka belajar, guru semestinya juga diberi kebebasan dalam mengajar agar para siswa senang dalam belajar. Hal itu disampaikan Nuri saat menggelar jumpa pers daring, Kamis (16/9), bersama komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM).

Pada Senin (13/9) lalu, di sela kunjungan kerja di Yogyakarta, Nadiem berkunjung dan menginap di rumah keluarga Nuri.

Guru SD Negeri Jetisharjo itu mengikuti Program Guru Penggerak yang digagas Kemenristekdikbud. “Kami ngobrol banyak tentang pendidikan. Mas Nadiem bilang, ‘Keren profilnya Bu Nuri’. Saya mengajar dengan seneng aja. Kalau seneng, bisa melakukan apa aja yang berdampak ke siswa,” katanya.

Saat bertemu Nadiem, Nuri curhat dan menyampaikan uneg-uneg seputar pendidikan, seperti tuntutan administrasi di sekolah, sertifikat guru, hingga ujian di tingkat daerah. Nadiem dan Nuri sama-sama setuju ujian nasional dihapus. Namun Nuri menyayangkan pemda menggelar asesmen standarisasi pendidikan daerah (ASPD).

Nadiem, kata Nuri, bertanya apa itu ASPD. Nuri menjelaskan asesmen siswa itu untuk mencari jenjang sekolah berikutnya. Nadiem kemudian menyatakan bahwa sudah ada aturan zonasi.

“Saya tantang, bisa enggak sih Pak, aturannya dari atas (ujian) bener-bener dilarang,” kata Nuri seraya tertawa. Nadiem pun merespons. “Bu Nuri pinter. Ini saya harus ati-ati jawabnya,” kata Nadiem kala itu.

Menurutnya, Mas Menteri Nadiem sosok yang mau menerima masukan. “Orangnya terbuka, menghargai perbedaan. Dia malah seneng. Saya dibilang terlalu jujur," katanya.

Nuri pun bertanya tujuan Nadiem menemuinya dan disampaikan bahwa mantan CEO Gojek itu ingin tahu cerita dari para guru penggerak. Nuri pun menyampaikan kritik kurangnya komunikasi dan koordinasi di guru penggerak.

Menurut Nuri, Nadiem memberi kebebasan guru untuk mengajar dan menilai para siswa. “Guru itu merdeka, asal berdampak pada siswa,” katanya.

Nuri menuturkan, pandangan Nadiem sejalan dengan prinsip GSM, gerakan yang aktif diikutinya sejak 2017. Saat itu ia Kepala SD Muhammadiyah Mantaran.

Melalui metode ajar GSM yang menciptakan ekosistem menyenangkan untuk siswa, SD itu berubah menjadi sekolah yang menyenangkan bagi siswa. Ratusan sekolah dari berbagai daerah Banten, Sulawesi Utara, hingga Kalimatan mengunjungi sekolah tersebut.

Pada 2019, saat menjadi guru di SD Negeri Jetisharjo, Nuri juga menerapkan metode itu di kelasnya. Saat ini Nuri menjadi wakil ketua tim Program Organisasi Penggerak GSM yang meluaskan komunitas GSM di seratus lebih sekolah SD di 11 kabupaten.

Penggagas GSM Nur Rizal menyatakan Nuri sosok guru yang kreatif, antusias belajar, dan mengupayakan yang terbaik untuk siswa. “Padahal dia dari SD mewah, mepet mewah,” selorohnya.

Ia pun yakin banyak sosok guru seperti Nuri dan akan terus bermunculan. Guru-guru tersebut punya pandangan bahwa pendidikan itu memanusiakan anak sehingga tumbuh menjadi versi terbaik mereka.

“Saya tidak kaget jika Mas Nadiem punya guru-guru penggerak seperti Nuri, pembaharuan pendidikan Indonesia akan terwujud. Guru-guru yang gelisah pada perkembangan siswa, bukan karir mereka,” tuturnya.

217