Batanghari, Gatra.com – Kepala Lapas Kelas II B Muara Bulian, Kabupaten Batanghari, Jambi, Edy Susetyo, mengakui over kapasitas Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) berimbas pada program pembinaan di Lapas.
"Terkait dengan kapasitas atau daya tampung Lapas Kelas II B Muara Bulian sejatinya 153 orang. Kini jumlah WBP per tanggal 13 September 2021 di isi 285 orang," ucapnya dikonfirmasi Gatra.com awal pekan ini.
Keterbatasan petugas Lapas tentunya juga menimbulkan dampak program pembinaan kurang efektif terkait dengan keamanan. Ia berujar masih kekurangan staf dengan kekuatan jaga enam personel yang terbagi pada beberapa pos penjagaan.
"Dua orang sudah di P2U [Petugas Pengamanan Pintu Utama]. Empat orang ini terdiri dari satu komandan jaga, dua orang menempati Blok A dan Blok B serta seorang lagi menempati pos atas. Itu pembagian tugasnya di jajaran kami," ucapnya.
Lapas Kelas II B Muara Bulian terus berupaya melakukan koordinasi dengan pihak Kanwil sebagai atasan. Kira-kira bagaimana dalam menanggulangi over kapasitas WBP meskipun pihaknya telah melakukan pemindahan. Hanya saja, situasi serupa juga dialami Lapas daerah lain.
"Kita juga perlu ada semacam kebijakan barang kali gitu ya. Namun itu kan merupakan kebijakan dari pimpinan. Tetapi kami berupaya koordinasi dengan pihak eksternal. Namun kita juga tidak bisa berbuat banyak karena kejahatan tidak ada yang bisa menghalangi," ujarnya.
Upaya penekanan menurut Susetyo, sulit dilakukan karena tindak pidana sulit untuk dicegah. Ia tak bisa memastikan ideal satu petugas menjaga berapa WBP. Sebab, ini sangat kompleks persoalannya.
"Tidak hanya di internal kami, perlu kebijakan yang integral, bukan di Kemenkumham saja. Kalau perbandingan secara real betul saya kira sulit juga," katanya.
Menurut dia, setiap tahun Lapas Kelas II B Muara Bulian kebagian jatah personel baru. Cuma tidak imbang dengan jumlah personel pensiun. Buktinya, tahun ini saja ada 3 orang pensiun, sedangkan penambahan setiap tahun belum tentu.
"Program pembinaan ada dua. Pertama, program kemandirian dan kedua program kepribadian," ucapnya.
Program kepribadian lebih ke perilaku atau sikap individu WBP. Contohnya kegiatan keagamaan melaksanakan ibadah. Bagi WBP beragama Islam kegiatan ibadah di masjid, ada pengajian, baca tulis Alquran, marawis, perpustakaan, dan sebagainya.
"Kedua program pembinaan kemandirian ini kaitannya dengan WBP diberikan keterampilan. Ada pertukangan kayu, pembuatan pot, pengelasan, perikanan, dan pertanian," katanya.
Terkait keamanan, kata Susetyo, secara intensif memberikan pembinaan dan pendekatan kepada seluruh WBP, karena cuma itu yang bisa dilakukan. Personel tidak dipersenjatai dan memang tidak boleh. Pihaknya hanya berupaya, berusaha, dan berdoa.
"Mudah-mudahan selama kami melaksanakan tugas tanggung jawab tidak terjadi keributan, kericuhan, dan sebagainya," ujarnya.