Tepi Barat, Gatra.com - Dua dari empat tahanan politik Palestina yang ditangkap kembali telah mengatakan kepada pengacara mereka bahwa mereka menjadi sasaran kekerasan fisik dan mental serta penyiksaan oleh para interogator intelijen Israel, dalam pertemuan pertama mereka dengan interogator itu sejak ditahan pekan lalu.
Stasiun berita Al Jazeera melaporkan pada Rabu, (15/9) Pengacara Khaled dan Ruslan Mahajneh dari Tim Pembela Komisi Urusan Tahanan Palestinian Authority (PA) atau Otoritas Palestina telah bertemu secara terpisah dengan Mohammed dan Mahmoud al-Ardah, dua tahanan itu, pada hari Rabu, (15/9) seusai Dinas Intelijen Israel mencabut larangan akses tahanan ke pengacara mereka lima hari setelah mereka kembali ditangkap.
Khaled dan Mahajneh tampak emosional saat diwawancarai oleh Palestine TV, ketika mereka meninggalkan Pusat Penahanan Jalama, Israel, setelah melihat kliennya Mohammed al-Ardah yang katanya tidak diberi makan, tidur dan perawatan medis sambil menjalani interogasi yang intensif.
"Mohammed telah mengalami dan masih menjalani perjalanan penyiksaan yang sangat sulit," kata Khaled.
"Setelah ditangkap kembali, Mohammed dibawa ke pusat interogasi Nazareth, di mana ia diinterogasi dengan cara yang sangat buruk," imbuhnya.
"Ada sekitar 20 interogator intelijen di sebuah ruangan yang sangat kecil yang menelanjangi semua pakaiannya, termasuk pakaian dalamnya dan memaksanya untuk tetap telanjang selama beberapa jam. Mereka kemudian memberinya selendang untuk menutupi alat kelaminnya dan kemudian memindahkannya ke pusat interogasi Jalama," terang Khaled.