Chicago, Gatra.com - Pejabat Amerika Serikat bersiap untuk meluncurkan suntikan penguat COVID-19 atau dosis ketiga vaksin (booster) dalam menghadapi lonjakan rawat inap dan kematian yang disebabkan oleh varian Delta yang sangat menular. Mereka pun berharap booster itu dapat mencegah kasus ringan juga.
"Ini bukan alasan utama [untuk booster], tetapi itu sebenarnya bisa menjadi cabang yang sangat positif," kata Dr. Anthony Fauci, salah satu penasihat COVID-19 pemerintahan Joe Biden dan ahli penyakit menular terkemuka di negara itu kepada kantor berita Reuters, dilansir dari kantor berita Reuters pada Rabu, (15/9).
Alasan utama untuk booster, kata Fauci dalam sebuah wawancara via telepon, adalah untuk membalikkan tren peningkatan infeksi "terobosan" di antara orang-orang yang telah divaksinasi lengkap, sebuah poin yang dibantah oleh banyak ahli.
Data yang tersedia menunjukkan, sebagian besar kasus terobosan yang parah terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun atau di antara mereka yang kekebalannya terganggu. Kelompok itu sudah direkomendasikan untuk dosis ketiga.
Sementara itu, Larry Corey, ahli virologi di Pusat Kanker Fred Hutchinson Seattle, AS, yang mengawasi uji coba vaksin COVID-19 dan didukung oleh pemerintah Amerika Serikat, mengatakan penggunaan dosis penguat untuk meningkatkan kadar antibodi yang cukup guna mencegah infeksi. "Jika Anda tidak terinfeksi, Anda tidak akan menularkannya ke orang lain. Dan kami akan lebih efektif menghentikan epidemi dan itu memiliki manfaat ekonomi," katanya.
Masalahnya di sana, banyak ahli menunjukkan bahwa hanya ada sedikit bukti ilmiah yang memperlihatkan booster sebenarnya akan mencegah infeksi dan penularan. Beberapa penelitian pemerintah menunjukkan ketika terinfeksi varian Delta, orang yang divaksinasi lengkap dapat menularkan virus dan sebagian besar ke orang yang tidak divaksinasi.
"Jika Anda melihat bukti dari Amerika Serikat, sangat jelas bahwa perlindungan terhadap infeksi dan penyakit bergejala ringan hingga sedang berkurang," kata Fauci.
Ia menambahkan, ini terjadi di antara banyak penelitian dari populasi AS. Termasuk penelitian terbaru terhadap 600.000 kasus COVID-19 di 13 negara bagian dan kota besar. "Tidak secara dramatis, tapi cukup," kata Fauci.