Jakarta, Gatra.com – Hasil survei Change.org Indonesia, Katadata Insight Center (KIC) dan KawalCOVID19.id menampilkan data bahwa responden antusias untuk divaksinasi, tapi ada kelompok terkendala dalam hal pendaftaran, antrean, dan ketersediaan stok. Hasil survei tersebut juga menyebutkan soal sumber informasi terkait Covid-19 yang paling dipercayai masyarakat.
Campaigner dari Change.org Indonesia, Efraim Leonard mengatakan, walaupun berbagai survei vaksinasi sudah dilakukan, survei ini memberikan gambaran yang bervariasi tentang pelaksanaan program vaksinasi COVID-19 di Indonesia.
"Seperti di mana warga mencari informasi, siapa yang mempengaruhi keputusan mereka untuk ikut vaksinasi, sekaligus mengumpulkan masukan tentang pelaksanaan vaksinasi untuk menjadi perbaikan ke depan,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/9).
Hasil ini berdasarkan survei yang disebarkan pada 6-21 Agustus 2021 secara online ke seluruh Indonesia. Yakni dengan melibatkan 8.299 responden menggunakan metode convenience sampling.
Survei ini merupakan kolaborasi Change.org Indonesia, Katadata Insight Center dan KawalCOVID19.id untuk mendapatkan masukan publik mengenai pelaksanaan vaksinasi di Indonesia serta perbaikan yang bisa dilakukan kedepannya.
Dalam paparannya, Manajer Riset Katadata Insight Center (KIC), Vivi Zabkie menyebutkan bahwa 77,9% dari 8.299 responden mengaku sudah divaksin dan sebagian besar menyebutkan bahwa vaksinasi adalah tanggung jawab mereka sebagai warga negara agar dapat membasmi COVID-19 (69,8%).
Sebanyak 1.130 atau 13,6% responden menyebutkan bahwa mereka belum tapi ingin divaksinasi, dengan alasan utama proses mendapatkan vaksin rumit, antriannya panjang dan ramai (34,33%). Sebanyak 17,9% dari mereka tidak mengetahui harus pergi ke mana untuk mendaftar, serta 15,9% mengaku kehabisan antrian dan kuota vaksin.
Di antara 701 responden yang menyebutkan bahwa mereka belum dan tidak ingin divaksinasi, alasan utamanya adalah merasa tidak membutuhkan vaksin selama bisa menjaga imunitas tubuh (70,2%), tidak percaya efektivitas vaksin (53,7%), dan memiliki penyakit bawaan (12,4%). Sekitar 76% dari responden yang belum dan tidak ingin divaksinasi adalah kelompok dewasa muda berusia 18-44 tahun.
Dalam lanjutan paparannya, Vivi menyebutkan bahwa dari 1.130 responden yang bersedia namun belum divaksinasi, 26,2% dari mereka menyebutkan tidak tahu cara mendapatkan vaksin. Mayoritas dari kelompok ini berharap agar informasi tentang vaksinasi muncul di kanal yang bersifat langsung dan dekat dengan lingkungan mereka, seperti pengumuman dari ketua RT/RW (60,5%), disusul kanal informasi publik non pemerintah (50,8%).
Sebanyak 79,2% responden yang belum yang bersedia namun belum divaksinasi menjawab bahwa mereka mengetahui apakah mereka memenuhi syarat untuk divaksinasi atau tidak.
Di kelompok yang sudah divaksinasi maupun yang belum tapi ingin divaksinasi (total: 7,528 orang), 80,2% menyatakan mudah mendapatkan informasi tentang jenis-jenis dan kemanjuran vaksin. Rata-rata dari mereka mendapatkan informasi tersebut melalui kanal informasi publik non pemerintah (61,9%), disusul media sosial pemerintah pusat (42.2%) dan pemberitaan/iklan di televisi (24,6%).
Sementara 19,8% sisanya menyatakan tidak mudah mendapatkan informasi tentang kemanjuran vaksin dan jenis-jenisnya, serta mengharapkan informasi tersebut bisa didapatkan di media sosial pemerintah pusat (56,6%), disusul kanal informasi publik non pemerintah (54,2%) dan pemberitaan/iklan di televisi (47,6%).
Sementara ketika ditanya siapa yang dipercayai untuk memberi informasi tentang vaksinasi, 48,6% dari total responden yang berjumlah 8.299 orang mempercayai informasi dari WHO dan CDC, diikuti oleh dokter (48,1%) dan Satgas COVID-19 (47,2%). Sedangkan yang menduduki peringkat terendah dari segi kepercayaan adalah tokoh politik (2%), WhatsApp broadcast (2,6%), lalu influencer dan selebriti (3,7%).
“Jangan sampai warga yang antusias untuk divaksinasi jadi putus asa karena sulit mendapatkan informasi terkini, atau terhambat masalah stok dan prosedur pendaftaran," kata Co-founder KawalCOVID19.id Elina Ciptadi juga menambahkan.