Jambi, Gatra.com- Di tengah isu mengenai penggunaan bahan bakar batubara yang dinilai tidak ramah lingkungan (eco friendly), cangkang sawit hadir sebagai energi ramah lingkungan berkelanjutan dan terbarukan. Cangkang sawit merupakan limbah dari hasil olahan buah sawit yang telah terlebih dahulu diekstraksi minyaknya. Kita dapatkan hasil sampingan berupa kulit biji yang keras.
Karantina Pertanian Jambi melakukan pemeriksaan fisik cangkang sawit sebanyak 10.500 ton tujuan Jepang. Cangkang sawit ini dalam bentuk curah dan diberi perlakuan fumigasi ( metode pengendalian hama menggunakan gas fumigan) sebelum dikirim ke negara tujuan.
“Selama pengumpulan di stockpile, cangkang sawit rentan terkontaminasi oleh serangga, maupun hewan hidup lain seperti burung. Karantina sudah memastikan proses pengolahan cangkang sawit ini dilakukan dengan baik sehingga tidak ada kontaminan yang akan terbawa,” ujar Wiharyanti, pejabat karantina tumbuhan dalam keterangan resminya.
Sebelumnya, sebanyak 8.000 ton cangkang kelapa sawit asal Sulawesi Barat diekspor ke Thailand melalui Pelabuhan Belang-belang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Ekspor perdana cangkang sawit ke Thailand itu ditandai dengan penyerahan Phytosanitari Certificate dan pelepasan burung merpati oleh Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar bersama Kepala Badan Karantina Pertanian RI Ali Jamil mewakili Menteri Pertanian RI dan Kepala UPP Kelas III Belang-belang Kapten Cristina Anthon.
"Kita bersyukur hari ini kita berkumpul di Pelabuhan Belang-belang bersama Kepala Balai Pertanian RI mewakili bapak menteri. Di sini kita sama-sama melihat pelepasan ekspor perdana cangkang kelapa sawit sebanyak 8 ribu ton. Semoga ke depan Sulbar dapat lebih meningkatkan ekspornya," ucap Gubernur Sulbar, Ali Baal.
Menurutnya, wilayah Indonesia yang sebagian besar bertopografi pertanian dengan penduduknya yang berprofesi sebagai petani, menjadi modal utama bagi dunia pangan Indonesia, sehingga dari sektor tersebut Sulbar tidak ingin ketinggalan dan segera mengambil perannya.
"Ekspor kali ini sudah yang ketiga kali, diawali ke Jepang sebanyak dua kali dan sekarang ke Thailand. Kita berharap ekonomi masyarakat Sulbar dapat semakin maju," imbuh mantan Bupati Polewali Mandar dua periode ini.
Kepala Badan Karantina Pertanian RI Ali Jamil menjelaskan, berdasarkan data sistem perkarantinaan, IQFAST cangkang sawit milik CV Anugrah Abadi itu baru pertama kali mengirim cangkang sawit ke Thailand dengan nilai ekonomi sebesar Rp8,9 milyar yang dinilai berdampak baik bagi Sulawesi Barat. "Tahun lalu, produk yang sama juga berhasil diekspor ke Jepang sebanyak 8,4 ton," ujar Ali Jamil.
Melihat potensi cangkang sawit asal Sulbar yang besar, Ali Jamil menekankan ke depan diperlukan sinergisitas berbagai pihak agar kinerja ekspornya dapat terus dipacu serta berupaya aktif mempromosikan dan mengkampanyekan aneka produk turunan dan samping kelapa sawit ke berbagai negara.
"Saat ini banyak negara tengah menggalakkan penggunaan sumber energi terbarukan termasuk energi biomassa asal cangkang sawit, sehingga lambat laun cangkang sawit tersebut diprediksi semakin diminati di berbagai negara," tuturnya.