Jakarta, Gatra.com- Tantangan zaman tidak hanya didominasi oleh kemampuan dalam menguasai teknologi, tetapi juga harus memiliki mental yang tangguh. Apalagi, Bangsa Indonesia saat ini masih dihadapkan pada persoalan minimnya integritas dan praktik korupsi yang merajalela.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa krisis integritas dan praktik-praktik korupsi dalam penyelenggaraan negara merupakan cermin buruknya sikap mental yang dimiliki suatu bangsa.
"Harus diakui praktik-praktik korupsi di kita belum mencapai titik yang rendah. Dalam penanganannya juga belum optimal, bahkan sulit dipetakan dan sulit diurai. Tentu saja ini bukan keputusan mudah untuk berkomitmen dalam memajukan bangsa," ujarnya saat menjadi narasumber daring kegiatan PPKM Universitas Ivet Semarang, Jawa Tengah, Selasa (14/9).
Menko PMK menekankan apabila praktik korupsi dibiarkan bergerak liar tanpa ada penekanan dan tanpa ada gerakan untuk membasmi praktik itu, maka cita-cita luhur Bangsa Indonesia tidak akan tercapai.
"Sekali lagi, praktik korupsi ini adalah mental terburuk di dalam diri bangsa kita yang harus betul-betul direvolusi mental. Itu kalau kita ingin menjadi bangsa yang unggul, bersih, dan tentu saja mendapatkan pengakuan dari Tuhan Yang Maha Kuasa," tegas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.
Menurutnya, perguruan tinggi memiliki peranan besar terutama di dalam menanamkan sikap mental yang berintegritas, memiliki semangat kebangsaan bagi setiap mahasiswa. Hal itu lantaran kelak mahasiswa akan menjadi generasi pemimpin bangsa.
Muhadjir mengungkapkan untuk menjadi pemimpin yang dapat berpikir jernih harus kenyang terlebih dahulu secara mental. Dalam arti, bukan kenyang secara perut melainkan sikap mental yang tidak rakus, sikap mental yang menerima apa adanya, sikap mental bisa menempatkan diri dengan baik, dan sikap mental mensyukuri apa yang didapat.
“Itulah ciri-ciri orang yang sudah kenyang secara mental. Segala sesuatu yang bersifat duniawi belum tentu membuat seseorang kenyang secara mental. Bisa jadi orang yang kekayaannya sudah ratusan miliar, uang triliunan, masih melakukan korupsi. Itu sebetulnya tanda dia orang yang belum kenyang secara mental,” cetus Menko PMK.
Dengan demikian, tantangan ke depan bangsa Indonesia adalah menanamkan sikap mental kepada generasi penerus bangsa. Tidak ada artinya pengetahuan apapun yang dimiliki mahasiswa, kemampuan teknologi yang didapat, kecuali diperkuat dengan integritas, kejujuran, kerja keras.
Meski di samping itu, tutur Muhadjir, pemimpin masa depan juga harus memiliki etos kerja yang tinggi, tangguh, dan kreatif. Semakin banyak kreatifitas diciptakan oleh bangsa ini maka Indonesia akan menjadi negara yang semakin unggul dan memiliki daya saing.
“Kunci dari persaingan salah satunya adalah tingginya kreatifitas untuk merespon tantangan baru. Hal inilah yang kemudian menjadikan beban mahasiswa kita ke depan akan jauh lebih berat dengan tantangan yang semakin kompleks,” tandas Menko PMK.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Rektor Universitas Ivet Semarang Rustono, Wakil Rektor, Dekan, dan Wakil Dekan, para dosen, dan seluruh sivitas akademika universitas tersebut.