Home Gaya Hidup Prameks Masa Pandemi, Penumpang Lebih Nyaman, Tak Berjubel

Prameks Masa Pandemi, Penumpang Lebih Nyaman, Tak Berjubel

Purworejo, Gatra.com – Seorang gadis berjilbab hitam, nampak turun dari boncengan sepeda motor yang dikendarai oleh ayahnya di parkiran motor Stasiun Jenar, Minggu siang (12/9). Retno, nama mahasiswi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu, akan kembali ke kost-nya untuk mengikuti perkuliahan. Sebulan sekali, ia setia menaiki Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) dari Stasiun Jenar yang berada di Desa Jenar Wetan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Kereta Prameks yang melayani rute Kutoarjo–Yogyakarta dan sebaliknya, memang menjadi moda transportasi primadona bagi warga yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut. Karena harganya murah sekali jalan, penumpang hanya dikenai biaya tiket Rp8.000, 00.  

Semenjak bencana nonalam wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) melanda dunia, membawa efek signifikan dalam kehidupan dan cara hidup manusia. Wabah ini membuat kita menjadi peduli akan pentingnya membiasakan diri hidup sehat.
Akan tetapi, kehidupan sosial dan cara bersosialisasi menjadi terganggu karena setiap orang harus menjaga jarak demi tidak saling menjadi transmiter virus yang bentuknya disebut mirip matahari itu. Berbagai instansi pun berlomba-lomba mengubah pola layanan agar bisa beradaptasi dengan keadaan tersebut.

Secara ekonomi, akibatnya pasti buruk, tetapi ada pula yang justru adaptasi dan perubahan layanannya membuat nyaman pelanggan.

"Sebelum masa pandemi, penumpang Prameks biasanya penuh, banyak yang berdiri bahkan duduk di lantai kereta. Setelah pandemi dengan aturan jaga jarak, sekarang jadi lebih nyaman, tidak ada yang berdiri, duduk pun dibatasi satu kursi satu penumpang," kata Retno.

Retno, mahasiswi UNS yang setia memilih moda transportasi KA Prameks untuk pulang pergi Solo-Purworejo. (GATRA/Sumarni Utamining)

Warga Desa Ketangi, Kecamatan Purwodadi itu, mengaku lebih menyukai adaptasi Prameks saat ini. "Kadang kalau penumpang yang berdiri itu usianya tua atau ibu-ibu menggendong anaknya, sering enggak tega. Tidak semua penumpang peduli pada penumpang prioritas seperti itu. Inginnya sih kalau bisa tidak ada lagi penumpang yang berdiri," kata Retno.

Mengikuti Aturan Terbaru

Untuk dapat naik kereta yang dioperasikan oleh PT KAI Commuter itu, penumpang harus sudah divaksin dengan menunjukkan kartu vaksin atau melalui aplikasi Peduli Lindungi. Saat PPKM Darurat, penumpang wajib menunjukkan surat tugas dari kantornya karena hanya melayani penumpang di sektor esensial dan kritikal.

"Selama masa pandemi, tentunya kami harus beradaptasi mengikuti aturan dari pemerintah. Dalam kereta, protokol kesehatan harus jalan, di setiap gerbong, kami sediakan wastafel lengkap dengan sabun untuk mencuci tangan," kata Manager External PT KAI Commuter, Adli Hakim, saat dihubungi melalui sambungan telepon pada pekan ini.

Setiap penumpang wajib memakai masker dan tidak boleh dilepas selama dalam kereta. Saat aturan pembatasan lebih ketat, seperti PPKM Darurat atau PPKM level 4, penumpang wajib memakai dobel masker. Hingga saat ini, penumpang pun dibuat berjarak sehingga di dalam kereta kelihatan lengang namun nyaman dan bersih. Usai tiba di stasiun pemberhentian terakhir, kereta langsung dibersihkan dengan cairan disinfektan.

"Dalam melayani jumlah penumpang tergantung dari aturan pemerintah yang berlaku, jika masa pengetatan menjual kursi 50% dari kapasitas. Tetapi jika aturan dilonggarkan, kami menjual 75% dari kapasitas kursi. Kami setiap saat mengikuti aturan terbaru," kata Adli.

Adaptasi yang dilakukan oleh PT KAI, terutama Kerera Prameks selama pandemi berlangsung justru membawa perubahan positif. Tak heran jika penumpang merasa lebih nyaman naik kereta primadona ini sebagai pilihan transportasinya. 

3166