Pati, Gatra.com- Balai Arkeologi Jogjakarta menyebut Watu Payon yang berlokasi di Puncak Tremulus turut Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati, Jawa Tengah merupakan temuan yang unik dibandingkan dengan temuan lain di kawasan Pegunungan Muria.
Tim Balai Arkeologi DIY, Hery Priswanto mengatakan, penelusuran di kawasan Muria ini tidak hanya menyambangi Watu Payon, tetapi sejumlah titik lainnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya riset dan pendataan terhadap sejumlah benda atau bangunan yang diduga masuk dalam cagar budaya.
"Temuan ini sangat unik karena baru ini ditemukan di lereng Muria. Berbeda dari temuan lain yang berupa punden berundak maupun candi yang ada di wilayah Muria temuan ini cukup berbeda," ujarnya, Selasa (14/9).
Keistimewaan Watu Payon terlihat dengan adanya relief lambang cakra yang berada di bagian bawah. Simbol tersebut, dikatakannya dipengaruhi budaya Hindu yang diduga digunakan untuk peribadatan. Untuk itu, peninggalan ini kudu dijaga secara serius oleh semua pihak.
"Ini tentu perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak untuk menjaga dan melestarikan benda yang sangat bisa menjadi aset kekayaan Kabupaten Pati. Terutama menyelamatkan dari hal-hal yang bisa merusak dan menghilangkan," imbuhnya.
Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Pati, Ragil Haryo menyebut, keberadaan situs Watu Payon memang sangat langka di temui di kawasan Muria. Sehingga sangat menarik untuk diteliti dan dikaji lebih lanjut.
"Apalagi di simbol cakra itu juga ada kombinasi ornamen bentuk phallus. Hal itu dimungkinkan merupakan peninggalan yang digunakan berkelanjutan di zaman setelahhya. Karena bentuknya yang mirip dengan peti kubur batu. Tapi memang diperlukan penelitian yang lebih komprehensif lagi terkait itu," bebernya.