Pekanbaru, Gatra.com - Gubernur Riau Syamsuar menyebut ikan Patin menjadi komoditi potensial bagi sektor perikanan Bumi Lancang Kuning.
Menurutnya komoditi tersebut diminati investor Malaysia. Pemodal Negeri Jiran bahkan mematok pasokan 30 ton perhari ikan Patin asal Riau.
"Hanya saja permintaan sebanyak itu belum bisa dipenuhi arena kondisi pandemi Covid-19, sehingga kerja sama tersebut tertunda," sebut Syamsuar di sela-sela mendampingi lawatan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, di Kabupaten Kampar, Senin (13/9).
Syamsuar menjelaskan, saat ini Desa Wisata Koto Tinggi, Kabupaten Kampar, menjadi andalan untuk ikan Patin Riau. Di desa ini budidaya ikan Patin sudah menjadi pilihan warga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Desa Koto Tinggi, saat ini dikenal sebagai Kampung Patin. Dalam sebulan masyarakat setempat sanggup memanen 390 hingga 400 ton ikan patin.
"Kedepan untuk memenuhi permintaan Negeri Jiran selain mengandalkan Kampung Patin, kita juga mengupayakan sentra produksi di Kabupaten Kuansing serta Kabupaten Indragiri Hulu," ujarnya.
Menteri Sandiaga Uno menilai potensi daerah semacam itu mesti didukung semua pihak. Jika selama ini Indonesia mengimpor ikan Salmon, maka perlu juga upaya untuk melansir komoditi unggulan semisal ikan Patin ke luar negeri.
Sebagai informasi sektor perikanan merupakan salah satu potensi menjanjikan di Riau, dengan garis pantai yang lebih dari 2.000 kilometer, ruang untuk budidaya tambak ikan dan udang terbuka lebar.
Meski sektor perikanan di Riau juga kerap dihadapkan tantangan pencurian ikan oleh nelayan asing maupun nelayan luar daerah. Selain itu praktik jual beli hasil tangkapan ikan di tengah laut juga menjadi persoalan tersendiri.