Karanganyar, Gatra.com – Perlakuan berlainan pada pembukaan objek wisata daerah disesuaikan karakteristiknya. Hal itu menyebabkan kebijakan buka tutup atau uji coba operasionalnya juga tidak sama.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Jawa Tengah, Sriyanto Saputro, mengatakan, pemprov memiliki pertimbangan dalam merekomendasikan pembukaan objek wisata di wilayahnya. Di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, memasuki level 2 dan 3 PPKM.
Meski demikian, tiap daerah memiliki karakteristik berlainan yang memengaruhi kebijakan pengelolaan tempat wisata. Dia menyebut bahwa Kabupaten Karanganyar dengan unggulan wisata alam, cenderung lebih aman dari potensi penularan Covid-19. Sehingga kepala daerah di kabupaten ini berani membuka objek wisata.
"Karanganyar kan tempat wisata alam terbuka. Di pegunungan. Areanya luas. Kemungkinan kecil kerumunan. Ini karakteristik wisata alam di Karanganyar," katanya kepada wartawan di Karanganyar, akhir pekan kemarin.
Sebagaimana diberitakan, belasan objek wisata dan resort serta kuliner lereng Lawu diizinkan uji coba operasional. Sebelumnya, tempat usaha itu tutup selama PPKM darurat kemarin. Pembukaan kali ini diawasi dan berprotokoler kesehatan ketat.
Kondisi berbeda di Kabupaten Sragen yang mayoritas objek wisatanya, di antaranya wisata religi masih tutup meski level 4 sudah turun ke level 3. Di wilayah Bumi Sukowati ini, kebanyakan destinasinya buatan, seperti kolam renang dan petilasan ritual.
"Kalau gebyah uyah (disamaratakan) buka semua. Justru tidak bijak. Bahaya. Pemprov tahu karakteristik 35 daerah di Jateng. Enggak semua buka bareng. Tetapi bertahap," katanya.
Namun demikian, pemprov bersama stakeholder perlu mengantisipasi daerah penyedia objek wisata diserbu wisatawan. Penyekatan dilakukan oleh kepolisian di area strategis sangat dibutuhkan.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Karanganyar, Titis Sri Jawoto, mengatakan, langkah uji coba pembukaan kembali tempat wisata di kabupaten tersebut juga menurut dia bukanlah sesuatu yang mengkhawatirkan.
"Karena [wisatawan] masuk objek [wisata] dengan protokol kesehatan yang baik. Selama ini juga tidak pernah ada klaster usaha wisata," ujar Titis.