Jakarta, Gatra.com - Pandemi Covid-19 nyatanya membuat minat baca anak menurun. Hal ini diakui oleh para orang tua murid SD Santo Franciscus III, Jakarta Timur. Keluhan ini ramai-ramai disampaikan para orang tua murid tatkala Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, menyambangi sekolah tersebut untuk meninjau pelaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
Keluhan tersebut, pertama kali disampaikan orang tua murid bernama Enrico. Sebagai orang tua, dirinya mengaku khawatir pelaksanaan PJJ yang telah berlangsung hampir 1,5 Tahun menambah ketergantungan anak terhadap perangkat teknologi. Hal ini yang kemudian ditakutkan akan mengurangi minat anak untuk melakukan aktivitas membaca
"Ketika anak terlalu terbiasa dengan segala hal yang sifatnya teknologi, takutnya ada yang sifatnya konvensional yang perlahan-lahan mulai terkikis. Salah satunya contohnya mungkin kebiasaan membaca buku. Kalau saya boleh curhat, kalau saya mengajak anak itu susahnya bukan main. Jadi mereka lebih senang pakai gadget," kata Enrico saat berdiskusi dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim di SD Santo Fransiskus III, Jakarta Timur, Jumat (10/9/2021)
Meski harus diakui kemampuan anak untuk melek teknologi merupakan hal penting, tapi dirinya berharap anak tetap memiliki minat yang besar terhadap buku dan aktivitas membaca.
Hal serupa pun disampaikan salah satu guru bernama Chatrine. Dirinya mengungkapkan keprihatinan yang sama terkait rendahnya kualitas baca anak-anak Indonesia. Sebagai guru pun, dirinya berharap dunia pendidikan dapat terus mengupayakan agar anak-anak punya minat baca.
"Saya punya usulan mungkin untuk mengadakan program bahwa orang tua itu juga harus menjadi role model. Apakah perlu diadakan misalnya setiap hari ia membaca di keluarga. Saya kira kalau anak melihat sudah melakukan itu saya kira otomatis anak itu juga akan melakukan yang sama," ujarnya.
Sementata itu, Nadiem pun memahami keluhan orang tua dan guru terkait rendahnya minat baca siswa. Nadiem menyebut, isu mengenai minat baca buku ini dan ketergantungan anak pada gadget adalah isu yang universal. Fenomena Ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Bahkan sebelum pandemi ini adalah jadi isu yang penting untuk dicarikan solusi.
"Karena gadget itu adalah suatu device yang ga usah anaknya, orang tuanya aja ketagihan. Ujung-ujungnya, Sebenarnya ada satu peran yang lebih penting dari guru, yang sudah jelas yakni orang tua. Ini kuncinya di orang tua sebenarnya dalam mengatur aspek bagaimana kita mengatur kehidupan anak kita," pungkasnya