Jakarta, Gatra.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Marsudi bersama Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto mengadakan pertemuan tahunan 2+2 dengan Menhan Australia, Peter Dutton, dan Menlu Australia, Marise Payne, di Gedung Pancasila, Kemlu, Jakarta, Kamis (9/9).
Dalam konferensi pers usai penandatanganan, Retno mengatakan bahwa ada poin utama yang dibahas di dalam pertemuan tersebut. Pertama, terkait hubungan bilateral antar kedua negara.
Kedua negara sepakat untuk berfokus pada pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, terutama dalam memaksimalkan perjanjian IA-CEPA (Indonesia–Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement), sebagai program penting untuk memperkuat perdagangan dan kerja sama investasi antar kedua negara.
"Saya sangat senang, perdagangan bilateral meningkat secara signifikan pada paruh pertama tahun 2021, melonjak dari US$3,52 miliar, pada periode yang sama tahun lalu, menjadi US$5,83 miliar," jelas Retno.
Kedua, soal isu di kawasan. Kedua negara berkomitmen untuk ambil bagian dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Indonesia dan Australia saling bertukar pandangan untuk kerja sama konkret dalam mengimplementasikan program "ASEAN Outlook on the Indo-Pacific".
Pertemuan itu juga membahas tentang konflik yang terjadi di Myanmar. Menurut Retno, Indonesia dan Australia sepakat untuk berkontribusi dalam bantuan kemanusian untuk warga Myanmar.
"ASEAN saat ini sudah dalam tahap lanjut untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan gelombang pertama. Keselamatan dan keamanan sangat penting dalam memastikan keberhasilan pengiriman bantuan kemanusiaan tersebut," jelas Retno.
Terakhir, pertemuan tersebut juga membahas situasi di Afghanistan. Indonesia, kata Retno, memantau secara ketat situasi di lapangan, dan terus menggarisbawahi pentingnya membangun pemerintahan yang inklusif di Afghanistan.
Retno menyoroti dua hal utama terkait situasi di Afghanistan: pertama, Indonesia berharap Afghanistan tidak dijadikan sebagai tempat berkembang biak dan pelatihan organisasi teroris dan kegiatan yang mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan. Dan, kedua, Indonesia juga berharap agar hak asasi manusia, khususnya hak perempuan dan anak perempuan, terus dihormati dan imajukan.
Sebagai informasi, kunjungan dua menteri utusan Australia juga menjadi kunjungan pertama dari Australia sejak awal pandemi. Ada tiga nota kesepahaman yang ditandatangani, yakni MoU on Countering Terrorism and Violent Extremism. Selanjutnya, MoU on Cyber Cooperation and Emerging Cyber Technology dan Arrangement on Defense Cooperation, that just signed by the two Defense Ministers.