Home Politik Berbagi Program di Forum Internasional CDNL

Berbagi Program di Forum Internasional CDNL

Jakarta, Gatra.com – Perpustakaan Nasional (Purpusnas) RI mempekenalkan proram kepada 37 kepala Perpustakaan dari berbagai negara dalam forum intensional perpustakaan, yakni Konferensi Kepala Perpustakaan Nasional Dunia atau Conference of Directors of National Libraries (CDNL).

Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando, dalam CDNL yang dihelat secara virtual, menyampaikan, pihaknya fokus membina perpustakaan daerah (Perspusda) di Indonesia.

Menurutnya, itu merupakan amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Pembinaan tersebut di antaranya melalui transfer dana dekonsentrasi ke perpustakaan provinsi di Indonesia. 

"Tentu saja kami fokus meningkatkan peran perpustakaan umum di tingkat provinsi dan kabupaten atau kota sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat untuk melaksanakan pembinaan di daerahnya masing-masing," katanya dalam keterangan pers yang diterima pada Kamis (9/9).

Sedangkan pada masa pandemi Covid-19, lanjut Syarif Bando, Perpusnas RI menggunakan pendekatan perpustakaan menjangkau masyarakat melalui perpustakaan digital. Beberapa apliksi digital telah disediakan untuk masyarakat, di antaranya iPusnas, Indonesia OneSearch, dan Khastara.

"Ini menjadi kelebihan kami di Perpusnas, sebelum pandemi Covid-19 kami sudah memiliki aplikasi digital," ujarnya.

Menurutnya, kesiapan infrastruktur digital ini membuat masyarakat tetap bisa mengunjungi perpustakaan secara daring ketika pemerintah menerapkan aturan agar warganya melakukan semua aktivitas dari rumah demi mencegah penyebaran virus corona. "Aplikasi digital ini bisa dimanfaatkan kapan dan di mana saja," ujarnya.

Dalam kesempatan konferensi bertema "Ketidakpastian: Bagaimana Perpustakaan Nasional Menghadapi Risiko dan Menggunakan Kesempatan" tersebut, Syarif Bando menyampaikan terima kasih telah diberikan kesempatan untuk berbagi konsep pengelolaan perpustakaan dan mengambil peluang di tengah ketidakpastian.

Sementara itu, Ketua CDNL, Lily Knibbeler, mengatakan, ketidakpastian, baik kecil maupun besar, akan selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia. Pandemi Covid-19 yang dihadapi dunia pada dua tahun lalu, menjadi hal yang tidak terduga.

Menurutnya, banyak krisis yang dihadapi perpustakaan nasional berbagai negara. Tidak hanya pandemi penyakit menular, krisis yang dihadapi, seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, dan lainnya.

“Jadi bagaimana kita sebagai kepala perpustakaan nasional, memimpin organisasi dalam ketidakpastian yang berkembang,” katanya.

Kepala Perpustakaan Nasional Australia (NLA), Marie-Louise Ayres, mengungkapkan, mengubah cara pandang mengenai risiko organisasi membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, institusi harus siap menghadapi hal yang tidak terduga.

Dalam menghadapi risiko terhadap organisasi, khususnya pandemi Covid-19, NLA memanfaatkan layanan digitalnya. Marie-Louise menyampaikan, perpustakaan lebih beruntung daripada museum karena tetap dapat melayani masyarakat, melalui layanan digital.

“Perpustakaan kita berada di sebuah kota kecil Canberra, di negara dan di benua yang besar. Jadi kita memastikan bahwa gedung perpustakaan tidak menjadi pusat dari layanan seperti yang kita lakukan 20 tahun terakhir. Saat ini, kita membuat pengguna terlibat secara digital,” katanya.

Menurutnya, NLA sudah memiliki rencana bisnis lanjutan dalam hal kesiapan menghadapi bencana atau krisis. Ini berpijak dari pengalaman dua bencana besar pada tahun lalu, yakni harus menyelesaikan penulisan ulang dokumentasi, rencana, dan kerangka kerja yang lebih memperhitungkan tingkat ketidakpastian yang tinggi jika bencana terjadi lebih lama.

Kepala Perpustakaan Nasional Inggris (NLB), Roly Keating, menyampaikan, pihaknya memiliki delapan risiko strategis berdasarkan kemungkinan dan akibat yang mungkin terjadi. Seluruh risiko diberi skor mulai dari 1—25. NLB berupaya menekan risiko tersebut ke nilai yang lebih rendah. Setiap bagian dari NLB memiliki peran dalam penanganan risiko.

“Tahun kemarin kami benar-benar diuji, karena salah satu risiko yang muncul yaitu pandemi. Sistem manajemen risiko dan krisis, kami mampu menghadapi. Namun, dibutuhkan inovasi dan improvisasi yang besar,” ungkapnya.

Pandemi Covid-19 menguji sistem NLB. Ke depannya, sejumlah upaya dilakukan, di antaranya membarui rencana pemulihan pascabencana dan cara bekerja yang hybrid, fleksibel, dan adaptif. Dalam jangka panjang, pihaknya akan membarui secara menyeluruh daftar risiko strategis dalam lingkup politik, ekonomi, sosial, teknologi, dan lingkungan.

“Tempat perpustakaan adalah di tengah masyarakat, sehari-hari kita berinteraksi secara langsung. Kemudian secara tiba-tiba kita berpindah secara online seperti ini," ujarnya.

Menurutnya, kondisi tersebut merupakan salah satu kesamaan yang membawa Perpusnas tiap negara yang tergabung dalam organisasi ini untuk menuju digitalisasi atau menerapkan hybrid.

Sementara itu, akademisi dari Universitas Twente, Profesor Martin van Staveren, menjelaskan, ketidakpastian atau risiko dapat menjadi kesempatan atau peluang. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan risk leadership. Secara garis besar, risk leadership dibutuhkan untuk mampu mengubah ancaman menjadi peluang atau kelemahan menjadi keunggulan.

Dalam menghadapi risiko, dia menjelaskan, ada beberapa hal yang harus diterapkan yaitu mengindetifikasi masalah mudah dan masalah sulit, memahami bahwa risiko merupakan efek dari ketidakpastian pada tujuan, membutuhkan risk leadership yang berani menghadapi risiko, mengembangkan kompetensi kepemimpinan risiko secara bertahap, dan memulai dari diri sendiri dan membantu yang lain.

Tahun ini, untuk pertama kalinya, CDNL pada Rabu (8/9), digelar virtual. Konferensi yang dihadiri kepala perpustakaan dari 37 negara tersebut diisi dengan paparan dari Kepala NLA, Kepala Perpustakaan Nasional Inggris, dan Kepala Perpusnas. Dalam pertemuan juga dilakukan pemungutan suara Ketua dan Wakil Ketua CDNL. Lily Knibbeler kembali terpilih menjadi Ketua, sementara Kepala Perpustakaan Nasional Estonia Janne Andresoo terpilih menjadi Wakil Ketua 1 dan Marie-Louise Ayres terpilih menjadi Wakil Ketua 2.

Tahun depan, CDNL dijadwalkan diselenggarakan secara tatap muka di Dublin, Irlandia. CDNL adalah asosiasi independen kepala perpustakaan nasional yang dibentuk untuk memfasilitasi diskusi dan mempromosikan kesepahaman dan kerja sama tentang hal-hal yang menjadi kepentingan bersama di seluruh dunia. Konferensi CDNL digelar setiap tahun, di sela konferensi IFLA.

110