Karanganyar, Gatra.com - Alat peringatan dini bencana alam tanah longsor akan dipasang lagi di tujuh lokasi rawan. Empat diantaranya sudah ditentukan pemasangannya sedangkan sisanya masih disurvei.
Kasi Kesiapsiagaan BPBD Karanganyar, Hartoko menyampaikan, tujuh early warning system (EWS) tersebut dirangkai pusat studi bencana (PSB) Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS). Spesifikasi alat tersebut dimanfaatkan pada area luar ruang atau outdoor. Rencananya, tujuh EWS selesai pemasangan sampai akhir tahun ini. Empat diantaranya akan dipasang di wilayah Kecamatan Jatiyoso, yakni dua titik di Desa Wonorejo dan satu titik di Desa Wonorejo. Sedangkan satu titik lagi di Desa Tengklik, Tawangmangu, katanya kepada wartawan, Selasa (7/9).
Pemilihan lokasi selain rawan terjadi tanah longsor juga memiliki histori korban jiwa akibat bencana alam tersebut beberapa waktu lalu.
Sementara untuk pemasangan ke-3 lokasi lainnya, menurut Hartoko, masih akan dilakukan verifikasi final oleh tim dari UNS. Adapun penggeseran lokasi sangat memungkinkan dengan menakar urgensi pemasangannya.
"Artinya belum urgen untuk dipasang EWS. Mungkin ada pergerakan tanah, tapi dampaknya belum ke penduduk. Mungkin areanya perbukitan tanpa permukiman. Nanti masih disurvei dan diteliti lagi," katanya.
Hartoko menyampaikan, 7 peralatan EWS tersebut merupakan program Kemendikbud Ristek yang disalurkan melalui PBS UNS. EWS yang berada di Karanganyar, dipastikan menjadi aset daerah usai serah terima hibah. Pemda bersama stakeholder dari relawan dan masyarakat bertanggungjawab merawatnya.
Hartoko menyampaikan, pihaknya telah memasang 101 EWS sejak 2019. Pemasangan EWS tersebut berada di 7 kecamatan yang memiliki potensi bencana tanah longsor yaitu Jenawi, Kerjo, Ngargoyoso, Karangpandan, Matesih, Jatiyoso serta Tawangmangu.