Kirkuk, Irak, Gatra.com- Tiga belas polisi Irak tewas dalam serangan kelompok Negara Islam terhadap sebuah pos pemeriksaan di utara negara itu Minggu pagi, kata sumber keamanan dan medis. Serangan itu, di wilayah Al-Rashad sekitar 65 kilometer (40 mil) selatan kota Kirkuk, terjadi tepat setelah tengah malam, kata seorang perwira polisi senior Irak kepada AFP, 05/09.
"Anggota organisasi Negara Islam menargetkan pos pemeriksaan polisi federal," kata petugas yang tidak mau disebutkan namanya itu. "Tiga belas tewas dan tiga terluka" di antara pasukan keamanan, tambah perwira itu. Sebuah sumber medis yang berbasis di Kirkuk mengkonfirmasi jumlah korban.
Tidak ada klaim bertanggung jawab. IS merebut sebagian besar Irak dalam serangan kilat pada tahun 2014, sebelum dipukul mundur oleh kampanye kontra-pemberontakan yang didukung oleh koalisi militer pimpinan AS.
Pemerintah Irak menyatakan ekstremis Sunni dikalahkan pada akhir 2017, tetapi mereka mempertahankan sel-sel tidur yang terus menyerang pasukan keamanan dengan serangan asimetris. Sel-sel jihadis secara teratur menargetkan tentara dan polisi Irak di Irak utara, tetapi serangan ini adalah salah satu yang paling mematikan tahun ini.
Sebuah pemboman 19 Juli yang diklaim oleh IS secara resmi menewaskan 30 orang di pasar Al-Woheilat di Kota Sadr, pinggiran kota Syiah di Baghdad. Pasukan koalisi internasional di Irak saat ini berjumlah sekitar 3.500, di mana 2.500 di antaranya adalah tentara AS.
Tetapi Washington telah menarik kehadiran militernya di tengah serangan terhadap fasilitas yang digunakannya oleh kelompok-kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran dan mengatakan bahwa mulai tahun depan peran pasukan AS akan terbatas pada pelatihan dan masukan untuk rekan-rekan Irak mereka.
Minggu lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Kurdistan Irak dan menyatakan keprihatinan tentang "kebangkitan" IS di Irak dan Suriah. Dia juga mengatakan bahwa tentara Prancis yang dikerahkan di Irak sebagai bagian dari koalisi internasional akan tetap berada di negara itu "tidak peduli pilihan apa yang dibuat Amerika".