Home Gaya Hidup Nganggur karena Pandemi, Penjual Mainan Ini Sulap Sampah Jadi Wayang

Nganggur karena Pandemi, Penjual Mainan Ini Sulap Sampah Jadi Wayang

Tegal, Gatra.com - Seorang penjual mainan, Yusnan Iguna (31), warga Desa Pengabean, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah terpaksa menganggur karena tempat-tempat keramaian dan obyek wisata ditutup selama penerapan PPKM. Di tengah kondisi tanpa penghasilan itu, tangan kreatifnya menyulap limbah di sekitarnya menjadi wayang bernilai rupiah.

Wayang yang dibuat Yusnan adalah jenis wayang golek. Dia memanfaatkan berbagai jenis sampah dan barang yang tidak terpakai di sekitarnya untuk membuat wayang yang disebutnya wayang limbah.

"Saya awalnya jualan mainan di tempat-temat keramaian, tempat wisata. Terus karena lockdown, banyak yang tutup, jadi tidak bisa jualan. Ya sudah di rumah aja, bantuin istri jualan online. Kemudian iseng buat wayang, karena saya suka wayang," ujarnya, Jumat (3/9).

Awalnya Yusnan membuat wayang dari bahan bambu. Namun karena bobotnya berat, dia terpikir untuk menggantinya dengan bahan yang lebih ringan. Adapun proses pembuatannya dia pelajari secara otodidak.

"Saya lihat botol plastik, akhirnya nyoba bikin pakai botol plastik, terus jadi, tapi tidak langsung bagus. Saya belajar terus, berkembang, akhirnya menemukan sendiri ukuran yang pas, bentuk yang pas," tuturnya.

Selain botol air mineral, limbah yang digunakan antar lain plastik kresek, bungkus kopi, dan kain perca. Limbah-limbah tersebut dibentuk dan ditempel sedemikian rupa dengan modal korek api, lem, dan selotip hingga menjadi sebuah wayang golek.

Botol air mineral dimanfaatkan untuk membuat bagian tubuh dan kepala wayang yang semula menggunakan bambu. Begitu juga bagian tangan yang awalnya menggunakan bambu diganti menggunakan bungkus kopi kemasan. Kemudian kain perca digunakan sebagai pakaian yang dikenakkan wayang. Sedangkan plastik kresek dimanfaatkan untuk pewarnaan.

"Saya sengaja tidak pakai cat. Untuk pewarnaan pakai plastik kresek. Itu kan warna-warni, ada yang bening, putih, hitam, merah, kuning, hijau," ujarnya.

Untuk membuat satu wayang, Yusnan membutuhkan waktu tiga hari. Bagian tersulit saat proses pembuatan yakni kepala karena harus membentuh wajah. "Satu wayang membutuhkan enam botol air mineral dan belasan plastik kresek," ucapnya.

Yusnan mendapatkan sampah untuk membuat wayang di rumah dan lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Dia mencontohkan kain perca untuk pakaian wayang didapatkan dari tetangganya yang seorang tukang jahit.

"Dari pada dibuang, saya ambil. Saya prinsipnya tidak beli untuk bahan-bahannya, karena tidak mau nambah volume sampah, terutama sampah plastik. Jadi memanfaatkan yang ada di rumah dan sekitar rumah," katanya.

Keprihatinan dengan keberadaan sampah plastik di lingkungannya memang menjadi motivasi lain Yusnan selain mengisi waktu selama tidak bisa berjualan karena pandemi. Dia berharap sampah-sampah yang tidak mudah terurai bisa berkurang dengan cara diolah menjadi wayang.

"Kebetulan saya suka wayang, suka karya seni. ya sudah, akhirnya saya berani nyebut ini wayang limbah. Soalnya semuanya dibikin dari limbah dan barang-barang sudah tidak terpakai, tidak ada bahan pembuatan yang beli baru,” tandasnya.

Selain mengurangi limbah, Yusnan juga ingin turut melestarikan kesenian agar tidak semakin tergerus zaman. "Anak jaman sekarang kan tidak semuanya kenal wayang. Dengan cara ini harapannya bisa ikut melestarikan wayang," ucapnya.

Dari kreatifitasnya mengolah limbah menjadi wayang, Yusnan juga bisa mendatangkan uang karena sudah ada yang tertarik untuk membeli beberapa wayang buatannya. Dia pun sudah memiliki rencana untuk menjual dengan harga Rp300 ribu - 500 ribu per buah. "Sekaligus untuk memotivasi orang lain untuk mendapat penghasilan dari mengolah limbah, terutama sampah plastik," imbuhnya.


 

1245