Pekanbaru, Gatra.com - Meski cuma berlangsung sekitar 1,5 jam, panen perdana kebun kelapa sawit program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Desa Suka Maju Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau, tadi siang itu bisa jadi ajang curhatan santri dan petani kelapa sawit.
Maklum, meski hanya lewat virtual, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyaksikan panen perdana kelapa sawit yang ditanam Presiden Jokowi sekitar tiga tahun lalu itu, tapi lelaki 78 tahun ini masih menyempatkan diri berdialog.
Acara yang juga ditengok virtual oleh petani anggota Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) di 22 provinsi dan 148 kabupaten di seantoro Nusantara itu, memang bukan cuma panen perdana, tapi juga launching Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) santripreneur di sektor pembibitan kelapa sawit. Itulah makanya santri-santri itu ada di sana.
Baca juga: Penyelesaian Sawit Dalam Klaim Kawasan Hutan, Wapres: KLHK Jangan Hanya Menunggu
Kepada Ma'ruf, salah seorang alumni santri, Muzaki Musofa mengatakan bahwa saat ini mereka sudah membikin pembibitan.
"Sekarang santri berharap bisa masuk ke pabrik mini minyak goreng. Teknologinya sederhana kok. Nanti minyak goreng itu kami namai 'minyak goreng santri'," katanya.
Mendengar omongan Muzaki tadi, Ma'ruf sumringah. Dia sangat mengapreseasi lantaran usaha pembibitan milik santri itu sudah berjalan.
"Tadi saya sudah bilang bahwa ada tiga cluster yang harus dikelola dengan baik untuk memberi nilai tambah; penguatan sektor hulu, industri hilir dan peningkatan kualitas SDM," katanya.
Usulan pembangunan pabrik minyak gireng mini ini kata Ma'ruf adalah salah satu dari bentuk hilirisasi komoditas kelapa sawit itu.
"Saya mengapresisasi dan mendorong ini. Saya minta ini disiapkan. Bikin namanya yang menarik. BPDPKS supaya bisa memfasilitasi. Santri buat proposalnya yang benar," pintanya.
Ma'ruf mendorong itu lantaran dia ingin lahir santripreneur berkarakter kuat dan mandiri. "Ini yang saya bilang Gus Iwan itu; santrinya bagus, pinter ngaji, usahawan," katanya sumringah.
Bagi Ma'ruf, mengembangkan sawit itu adalah perintah agama. "Allah mengatakan dialah yang menjadikan kamu dari bumi dan meminta supaya kamu memakmurkan bumi untuk kesejahteraan bagi manusia. Salah satu cara memakmurkan bumi itu adalah dengan mengolah, salah satunya sawit," katanya.
Tak hanya santri yang meminta pabrik, Apkasindo juga begitu. Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Medali Emas Manurung menyebut, saat ini luas kebun kelapa sawit petani di Indonesia mencapai 6,78 hektar.
Tapi sampai sekarang petani belum punya pabrik, masih 100% bergantung pada korporasi. "Untuk itu kami mohon dibangun Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Rohil ini, di tempat panen ini," pintanya.
Selain itu, Gulat juga berharap agar terkait PSR, petani janganlah diperiksa oleh Aparat Penegak Hukum (APH). "Kalau cuma salah administrasi, biarlah Dirjenbun yang membina. Sebab kalau petani itu diperiksa, seminggu akan demam dia lantaran tak pernah mengalami yang seperti itu," katanya.