Banyumas, Gatra.com – Di masyarakat kerap ditemui adanya kasus keterlambatan dalam penanganan penyakit stroke. Akibatnya kondisi pasien pasca-serangan stroke semakin parah.
Dokter Spesialis Rehab Medik RS Islam Banjarnegara dr Tegar Haputra Raya SpKFR saat ditemui di ruangannya menyebutkan, masyarakat perlu sekali memahami kondisi pasien pasca-serangan stroke, agar penanganannya bisa maksimal. Ini juga terkait percepatan rehabilitasi medik, semakin cepat maka akan semakin baik.
"Ada dua jenis stroke, karena perdarahan dan penyempitan pembuluh darah. Jika kasusnya penyempitan pembuluh darah, maka bisa dilakukan rehab medik setelah dua atau tiga hari pasca serangan stroke. Tetapi untuk kasus perdarahan yang perlu diwaspadai sudah tidak terjadi perdarahan lanjutan. Kasus ini bisa dimulai rehabnya lima hari setelah serangan stroke," kata Raya,melalui keterangannya, Kamis (2/9).
Ia menambahkan, gold periode atau waktu emas dalam penanganan pascastroke ini adalah enam bulan. Jika datang dan melakukan terapi medik sebelum enam bulan, relatif masih bisa dipulihkan maksimal 80 persen fungsinya.
"Lebih cepat lebih baik, kebanyakan lebih dari waktu itu. Sehingga banyak penderita stroke yang sangat lamban perkembangan dalam pemulihannya, setelah melewati enam bulan pertama. Yang paling penting adalah tidak terjadi kondisi yang memperburuk kondisi. Semakin kita kenali, kita edukasi maka akan semakin cepat pemulihannya," ujarnya.
Jika melebihi waktu enam bulan tersebut biasanya kondisinya kontraktur atau terjadi kekakuan pada sendi atau otot. Jika sudah seperti itu perbaikan atau perawatannya bisa dilakukan dengan pembedahan, baru setelah pembedahan bisa dilakukan rehabilitasi medik.
Raya berharap masyarakat tidak perlu menunda dalam melakukan rehabilitasi medik. Ini sangat penting untuk menjaga agar tidak terjadi stroke lanjutan, kalau terjadi stroke lanjutan biasanya kondisinya semakin parah.
Terpisah Ketua The Plegia Banjarnegara, Nugroho Purbo yang konsen terhadap warga lumpuh atau tuna daksa di Banjarnegara menyatakan, dalam bakti sosial yang dilakukan selama ini dijumpai warga yang selalu terlambat dalam penanganan pasca stroke.
"Dari sekian banyak pasien yang kita temui hampir semuanya alami keterlambatan penanganan pasca stroke. Sehingga alami kecacatan dan kelumpuhan," kata Nugroho.
Nugroho bercerita, relawan The Plegia kerap mendapati ada pasien yang justru sudah bertahun tahun tanpa penanganan medis. Jikalau ada penanganan sebatas obat, bukan rehabilitasi medik atau latihan untuk pemulihan.
"Rata-rata yang kita temui ada yang dua tahun, lima tahun bahkan delapan tahun juga ada tanpa adanya rehabilitasi medik. sebagian beaar kaki atau tangannya sudah kontraktur. Faktor penyebabnya kalau kita analisa mulai dari persoalan biaya dan serta minimnya informasi yang masuk kepada mereka mereka," kata Nugroho.
The Plegia di Banjarnegara ini berusaha mendatangi mereka, dengan tim medis, dokter umum, dokter spesialis rehab medik. Tujuannya memberi edukasi dan mengajak untuk melakukan terapi, yang akhirnya bisa melakukan terapi secara mandiri dengan bimbingan dokter atau perawat rehab medik.