Home Internasional Studi Brasil: Racun Ular Beludak Hambat Reproduksi Virus COVID-19

Studi Brasil: Racun Ular Beludak Hambat Reproduksi Virus COVID-19

Sao Paulo, Gatra.com - Para peneliti Brasil telah menemukan bahwa molekul dalam racun sejenis ular, dapat  menghambat reproduksi virus corona dalam sel monyet. Hasil penelitian itu, kemungkinan menjadi langkah pertama menuju produksi obat untuk memerangi virus penyebab COVID-19.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Molecules bulan ini menemukan bahwa molekul yang dihasilkan oleh ular beludak, jararacussu dapat menghambat kemampuan virus untuk berkembang biak dalam sel monyet hingga 75 persen.

"Kami mampu menunjukkan komponen racun ular ini mampu menghambat protein yang sangat penting dari virus," kata profesor Universitas Sao Paulo Rafael Guido sekaligus penulis studi tersebut, dikutip Reuters, Rabu (1/9).

Dikatakan bahwa molekulnya berupa peptida, atau rantai asam amino, yang dapat terhubung ke enzim virus corona yang disebut PLPro, yang sangat penting untuk reproduksi virus, tanpa melukai sel lain.

“Sudah dikenal karena kualitas antibakterinya, peptida dapat disintesis di laboratorium,” kata Guido dalam sebuah wawancara, bahwa penangkapan atau pemeliharaan ular tidak perlu dilakukan.

"Kami waspada terhadap orang-orang yang pergi berburu jararacussu di sekitar Brasil, mengira mereka akan menyelamatkan dunia... Bukan itu!" kata Giuseppe Puorto, seorang herpetologis yang menjalankan koleksi biologis Institut Butantan di Sao Paulo. 

"Bukan racun itu sendiri yang akan menyembuhkan virus corona," katanya.

Menurut pernyataan dari Universitas Negeri Sao Paulo (Unesp), yang juga terlibat dalam penelitian tersebut menyebut riset para peneliti selanjutnya akan mengevaluasi efisiensi dosis molekul yang berbeda dan apakah itu mampu mencegah virus memasuki sel sejak awal.

Mereka berharap untuk menguji substansi dalam sel manusia, meski tidak menjanjikan batas waktu.

Jararacussu adalah salah satu ular beludak atau berbisa terbesar di Brasil, berukuran panjang hingga 2 meter. Ia hidup di Hutan Atlantik pesisir dan juga ditemukan di Bolivia, Paraguay, dan Argentina.

182