Jakarta, Gatra.com– Coca-Cola System di Indonesia (Coca-Cola Indonesia dan Coca-Cola Europacific Partners Indonesia) bersama dengan Yayasan Obor Tani (YOT) menginisiasi pembangunan Embung Grigak, sebuah embung tadah hujan dengan lapisan geomembran untuk memenuhi kebutuhan air di kawasan Pantai Grigak.
Embung tadah hujan seluas 1 hektare ini mulai dibangun pada bulan Maret 2020 dan diresmikan pada bulan Mei lalu. Daerah tandus dengan kondisi tanah berupa perbukitan kapur ini berlokasi di Dukuh Karang, Kelurahan Girikato, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul.
“Water stewardship dan pengelolaan air (water
management) yang bertanggung jawab telah menjadi prioritas Coca-Cola sejak lama dan kami selalu
berupaya untuk memberikan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat dan ekosistem lingkungan
di masa depan," kata Director of Public Affairs, Communications and Sustainability of PT Coca-Cola Indonesia dan Ketua
Pelaksana CCFI, Triyono Prijosoesilo dalam konferensi persnya, Selasa (31/8).
Sebelumnya, Coca-Cola System di Indonesia menjalankan sejumlah Community Water Program di berbagai wilayah di Indonesia . Coca Cola juga membantu mengembalikan sekitar
160% dari air yang digunakan dalam proses produksi produk Coca-Cola kepada alam dan masyarakat pada tahun 2020.
Hingga tahun 2021, sebanyak tujuh embung tadah hujan telah dibangun di seluruh Indonesia dengan dukungan dari Coca-Cola. Inisiatif ini sejalan dengan program strategis pengembangan embung dari Kementerian Pertanian sebagai infrastruktur penting untuk memenuhi kebutuhan air di sektor pertanian.
"Selama bertahun-tahun, Coca-Cola telah menjalankan berbagai Community Water Program guna membantu meningkatkan akses terhadap air bersih, sanitasi dan air untuk pertanian bagi masyarakat Indonesia. Kami berharap dapat terus mengembangkan kerja sama ini dengan para mitra
kami," papar Triyono.
Akses air di Pantai Grigak ini memang cukup sulit. Untuk mendapatkannya, para petani biasanya menunggu musim hujan yang menyebabkan mereka kesulitan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.
Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani, Pratomo menambahkan, meskipun lapisan tanah bagian atasnya terlihat sangat kering, secara geografis Pantai Grigak sebenarnya mempunyai tanah yang subur dan kaya akan mineral esensial diperlukan oleh tanaman. "Dengan tanah karst atau tanah kapur
yang memiliki tingkat keasaman (pH di atas 6), lahan di wilayah ini sangat bagus dimanfaatkan untuk
tanaman,” katanya.
Selain itu, berdasarkan hasil tes tanah, ditemukan bahwa tanah di kawasan Pantai Grigak cocok
dimanfaatkan untuk penanaman tiga jenis tanaman buah, yaitu alpukat, kelengkeng dan mangga. Namun komoditas ini baru bisa berhasil tumbuh jika tersedia cukup air.
Tokoh pendamping masyarakat setempat, Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. menyebut hadirnya embung tadah hujan ini diharapkan bisa membantu pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian agar para petani dapat hidup dari tanahnya. "Tujuan awal pengadaan Embung Grigak ini adalah untuk mengairi lahan pertanian di musim kemarau
dan juga sebagai wadah budidaya ikan," ujarnya.
Potensi lainnya dari adanya embung tadah hujan ini juga untuk
menarik wisatawan. "Ketiga sumber pendapatan potensial ini dipercayakan pengelolaannya kepada perkumpulan Eco-Camp Mangun Karsa milik masyarakat yang kebanyakan petani," ungkapnya.