Home Kebencanaan Indonesia, Tanah Surga yang Akrab dengan Bencana, Ini Kunci Mengatasinya

Indonesia, Tanah Surga yang Akrab dengan Bencana, Ini Kunci Mengatasinya

Jakarta, Gatra.com- Indonesia memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Subur alamnya, kaya raya buminya. Namun, disaat yang bersamaan juga  ditakdirkan akrab dengan bencana. Dengan status wilayahnya yang berada di cincin api dunia atau "ring of fire", maka Indonesia akan selalu berdampingan dengan bencana. Apalagi kini ditambah bencana non-alam berupa pandemi Covid-19.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut, kolaborasi multipihak menjadi kunci dalam menghadapi berbagai bencana di Indonesia. Termasuk bencana non alam yang tengah kita hadapi yakni pandemi Covid-19.

Kata Muhadjir, pemerintah tidak akan bisa menghadapi persoalan bencana sendirian. Karena itu, keterlibatan pentahelix yang terdiri dari pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, civil society, dan media massa menjadi sangat penting dalam penanganan bencana dan pandemi Covid-19.

Hal itu disampaikannya dalam Rapat Koordinasi "Menuju Paradigma Baru Dalam Kolaborasi Multipihak Dalam Penanggulangan Bencana di Indonesia", yang diselenggarakan Kemenko PMK bersama lembaga PBB, yakni Connecting Business Initiative United Nations Development Programme (CBI UNDP) dan UN Office For The Coordination of Humanitarian Affair (UNOCHA), pada Senin (30/8).

"Pentahelix saat ini telah menunjukan peran yang luar biasa. Keterlibatan akan terus diharapkan lebih meningkat di masa yang akan datang. Termasuk memperkuat hubungan pentahelix dalam penanganan bencana," ujarnya.

Muhadjir mengatakan, bangsa Indonesia punya prinsip semangat gotong royong. Kata dia, gotong royong merupakan keunggulan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain di dunia.

Gotong royong dari mereka yang berada di luar pemerintahan sangat berperan penting dalam penanganan pandemi Covid-19. Bahkan, Menko Muhadjir menyebut, kontribusi dari kelompok-kelompok strategis di luar pemerintah mengambil peran sebesar 70 persen dari penanganan Covid-19 di Indonesia

"Baik sumbangan fisik, pikiran, tenaga, harta benda yang dikeluarkan oleh kelompok-kelompok strategis di luar negara itu saya kira sharenya di atas 70 persen," ungkapnya.

Muhadjir mengatakan, pemerintah memang sudah mengeluarkan bertriliun-triliun rupiah untuk Covid-19 dan segala dampaknya. Tetapi, Muhadjir memuji, yang dikeluarkan oleh kelompok strategis mulai dari pihak swasta, perguruan tinggi, masyarakat madani, dan media massa jumlahnya jauh lebih dari itu dan tak ternilai dengan uang.

Karena itu, Mantan Mendikbud ini bilang, pemerintah ingin mengembangkan semangat gotong royong ini menjadi tradisi dalam penanganan bencana dengan membentuk Klaster Penanganan Bencana.

"Selama ini gotong royong hanya dianggap sebagai slogan dan jargon. Padahal, sekarang kita baru rasakan ini lho yang namanya gotong royong. Ketika pengusaha harus mengeluarkan bantuan dengan segala keikhlasannya, ketika perguruan tinggi harus berupaya keras ikut membantu dan gerakan masyarakat madani dan dunia pers, semua harus bersatu menyelesaikan Covid-19 ini," katanya mengapresiasi.

Gotong royong adalah kristalisasi nilai pancasila, sebuah keikhlasan utk berkorban, semangat untuk berbagi, bekerja sama dalam kerangka kebersamaan, bersatu mengatasi permasalahan.

Dalam kesempatan itu turut hadir Plt Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan Bencana Didik Suhardi, Direktur Pengembangan Strategi BNPB Agus Wibowo, Wakil Ketua Umum Bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana KADIN Suryani Motik, Wakil Ketua Umum IV bidang peningkatan kualitas manusia, ristek dan Inovasi KADIN Carmelita Hartoto, Country Direktor A-Pad Indonesia Sinta Kaniawati, Humanitarian Affairs UN OCHA Indonesia Titi Moektijasih, Program Coordinator Connecting Business initiative (CBi)-UNDP-UNOCHA Kareem Elbayar.

157