Home Kebencanaan Alasan BPBD Cilacap Gunakan Bronjong Sabut Kelapa untuk Atasi Abrasi Pantai

Alasan BPBD Cilacap Gunakan Bronjong Sabut Kelapa untuk Atasi Abrasi Pantai

Cilacap, Gatra.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah berencana kembali menggunakan sabut kelapa untuk memperkuat tanggul penahan ombak dari ancaman abrasi.

Rencananya bronjong sabut kelapa itu akan diaplikasikan di sejumlah titik tanggul penahan ombak di pesisir Kelurahan Kemiren hingga Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan yang kritis karena dihantam gelombang tinggi pekan lalu.

“Bentuknya seperti karung berbentuk kubus. Bahan dasarnya sabut kelapa,” kata Kepala Seksi Pencegahan BPBD Cilacap, Gatot Arif Widodo, Senin (30/8).

Gatot mengatakan berdasarkan evaluasi, bronjong sabut kelapa tersebut lebih kuat dibanding karung biasa. Sabut kelapa mampu mengikat pasir dan material lain, dan bahkan bisa menambah volume pasir di sekitarnya.

Menurut dia, bronjong sabut kelapa juga ramah lingkungan dan terbukti tahan lebih lama. Selain itu, pemanfaatan sabut kelapa juga jadi pemberdayaan ekonomi untuk para petani kelapa dan kopra agar sabut kelapa termanfaatkan.

“Sebagai pemberdayaan ekonomi, kita juga mengangkat pengusaha sabut, petani kelapa, yang biasanya tak terpakai dibuang, bisa dipakai digunakan untuk penahan abrasi,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, bronjong sabut kelapa sudah diaplikasikan skala terbatas di Pantai Kemiren pada 2018 lalu. Bronjong sabut kelapa tersebut masih bertahan hingga saat ini meski ada beberapa hal yang harus dievaluasi. Misalnya, jumlah tumpukan bronjong idealnya tiga susun agar tanggul kebih kuat menahan gelombang pasang dan abrasi.

“Mungkin lebih kuat kualitasnya. Bobotnya itu, dia itu kan masih bisa mengikat (pasir). Kalau bisa menggunakan sabut kelapa itu yang kotak-kotak itu bisa rapat. Seperti batu. Jadi lebih kuat. Kemudian mudah ditarik dan sebagainya. Lebih ramah lingkungan,” jelasnya.

Diketahui, ancaman gelombang tinggi terus terjadi di Cilacap akhir-akhir ini. Puncak gelombang tinggi terjadi saat full moon atau purnama. Gelombang tinggi juga terjadi dipicu cuaca, kecepatan angin, dan musim pancaroba.

Tidak menutup kemungkinan gelombang tinggi akan terjadi pada purnama berikutnya karena pesisir selatan Jawa masih berada di musim angin timur. Pada musim pancaroba potensi gelombang tinggi juga besar, September-Oktober mendatang.


 

1541